SuaraBali.id - Lonjakan Penambahan Kasus Covid-19 di Bali membuat sejumlah kabupaten membuat kebijakan masing-masing. Demikian pula sejumlah daerah di lumbung padi Tabanan.
Desa adat setempat kompak mengimbau agar Sekaa Truna Truni tak membuat ataupun mengarak ogoh-ogoh saat malam Nyepi atau Pengerupukan.
Sejak dua tahun lalu pesta ogoh-ogoh tak dilakukan karena pandemi Covid-19. Hal ini pasti menjadi kerinduan bagi para truna-truni banjar. Bahkan ada banjar yang muda mudinya melakukan penggalian dana untuk ogoh-ogoh dengan membuat kupon bazar.
Namun tidak demikian bagi pedagang ogoh-ogoh mini. Seperti di wilayah jalan Sempidi hingga Kapal dan Mengwi.
Sederatan dagang terlihat menjajakan dagangan ogoh-ogoh mini.
"Sudah dua tahun terakhir ini, sepi pembeli untuk ogoh-ogoh mini. Begitu sempat ogoh-ogoh diadakan, sekarang ramai yang beli," ucap Pak Yan Putra, salah satu pedagang di Sempidi sebagaimana diwartakan beritabali.com - Jaringan Suara.com.
Terkait arak-arakan ogoh-ogoh yang rencananya ditiadakan, mengingat kembali melonjak kasus Covid-19. Pak Yan mengaku masih belum berimbas pada dagangannya yang menjual ogoh-ogoh mini.
"Sampai hari ini masih tetap ada aja yang beli pak. Sebelum ada edaran ogoh-ogoh ditiadakan. Bisa sampai 10 ogoh-ogoh terjual seharinya. Sekarang tiga sampai empat ogoh-ogoh seharinya terjual," pengakuannya, Kamis (10/2/2022).
Ogoh-ogoh mini ini umumnya menjual Jenis tema Paksi, Celuluk, Garuda, Hanoman dan lainnya dijual dengan harga grosir dari 25 ribu hingga 300 ribu rupiah serta ada juga harga khusus Rp900 ribu dengan ukuran besar tinggi 2 meter.