SuaraBali.id - Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (PB NWDI) masa bakti 2022 - 2027. Penetapan tersebut setelah disampaikan dalam putusan Sidang Pleno VI Muktamar Perdana NWDI.
Pimpinan Sidang Pleno VI Muktamar NWDI Rosiade Sayuti membacakan putusan tersebut di depan muktamirin. Kemudian disambut oleh seluruh muktamirin yang serentak mengucap takbir diikuti tepuk tangan pascaputusan tersebut dibacakan.
Tuan Guru Bajang yang berada di ruangan muktamar langsung menyampaikan beberapa hal strategis. TGB mengatakan, dengan terpilihnya menjadi Ketua Umum PB NWDI, menjadi amanah yang mesti diikhtiarkan dengan baik dan maksimal.
"Ini amanah yang baik, kita akan jalankan rekomendasi muktamar, yang jadi amanat untuk bersama-sama kami tunaikan," kata Gubernur NTB 2008-2018 itu pada Minggu, (30/1/2022) di Pancor Lombok Timur.
Baca Juga:Tuan Guru Bajang Komentari Soal IKN : Rencana Pemerintah Tidak Boleh Membawa Beban Bangsa
Muaranya adalah berkhidmat untuk umat membangun Indonesia maju. NWDI, kata TGB, dengan muktamar ini menegaskan dan menangguhkan jati dirinya bahwa dia adalah gerakan keislaman kebangsaan. Hal itu tidak pernah lepas dari isu-isu yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.
"Baik itu isu-isu sosial, isu politik, isu ekonomi, termasuk isu keadilan, dan semuanya diteropong oleh NWDI itu dalam perspektif ahlussunnah waljamaah," ujar cucu pahlawan nasional TGKH Zainuddin Abdul Madjid itu.
Menurut TGB, ada tiga prinsip dasar perjuangan NWDI ke depan.
"Yang mengedepankan pertama tasamuh, toleransi termasuk dalam konteks perbedaan pandangan di dalam membangun republik ini. Dalam makna yang lugas adalah perbedaan pandangan itu sesuatu yang sah, tidak boleh dipermasalahkan, tentu sepanjang sesuai dengan koridor hukum dan etika yang ada," beber TGB.
Lalu kedua, kata TGB adalah tawassul atau proporsionalitas.
Baca Juga:Tuan Guru Bajang Soroti Konten Dakwah Pemuka Agama yang Sering Memantik Konflik Hingga Gejolak
"NWDI memandang salah satu yang menjadi pangkal seringnya terjadinya kekisruhan di ruang publik adalah ketika kita tidak bisa memotret suatu masalah secara proporsional," katanya.
- 1
- 2