Dulu Senang Karena Kaya Mendadak, Kini Warga Kampung Miliarder Tuban Gigit Jari

Hal ini sempat viral di media sosial beberapa tahun yang lalu saat lahan warga desa dibeli untuk proyek strategis nasional

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 26 Januari 2022 | 13:08 WIB
Dulu Senang Karena Kaya Mendadak, Kini Warga Kampung Miliarder Tuban Gigit Jari
Viral warga kampung miliarder Tuban menyesal jual tanah [Tangkapan layar Instagram]

SuaraBali.id - Warga kampung miliarder di Kabupaten Tuban, Jawa Timur kini tidak hidup dengan serba kecukupan seperti sesaat setelah menjual tanah mereka. Dulu mereka sempat viral lantaran ramai-ramai beli mobil baru dan jadi sultan dadakan.

Hal ini sempat viral di media sosial beberapa tahun yang lalu saat lahan warga desa dibeli untuk proyek strategis nasional pembangunan kilang minyak. Namun kini keadaan berbalik.

Sejumlah warga di sekitar proyek strategis nasional pembangunan kilang minyak ini menyesal telah menjual lahannya. Seorang warga di Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur bernama Musanam (60) ikut berunjuk rasa di kantor PT Pertamina Grass Root Revenery (GRR) Tuban, Senin (24/1/2022).

Musanam kala itu mengaku terbuai PT. Pertamina Grass Root Revenery (GRR) Tuban yang akan memberikan pekerjaan dalam proyek pembangunan kilang minyak tersebut. Tapi kini Musanam kehilangan penghasilan tetapnya sebagai petani.

Sebab, lahan pertanian dan rumahnya telah dijual untuk kepentingan proyek nasional pembangunan kilang minyak.  Bahkan, dirinya terpaksa menjual beberapa ekor hewan peliharaannya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.

"Dulu punya enam ekor sapi mas, sudah tak jual tiga untuk hidup sehari-hari dan kini tersisa tiga ekor saja," kata Musanam, Senin (24/1/2022).

Hal yang sama dialami oleh Mugi (59), perempuan yang tinggal di kampung miliarder ini juga nyaris tak memiliki pekerjaan setelah lahan pertaniannya seluas 2,4 hektare dijual ke PT Pertamina.

"Ya nyesel, dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta, tapi sejak tak jual saya tidak ada penghasilan," tutur Mugi di sela-sela aksi unjuk rasa.

Mugi menceritakan, dahulu lahan pertanian seluas 2,4 hektar itu dibeli pihak Pertamina dengan harga Rp 2,5 miliar lebih. Uang hasil penjualan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung.

Mugi saat itu sebetulnya tidak ingin menjual lahan pertaniannya, tetapi dirinya seringkali didatangi perwakilan dari pihak Pertamina saat berada di sawah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini