Makna Dan Filosofi Dalam Sajian Lawar di Bali

Apalagi saat hari Raya Galungan, ngelawar sudah menjadi budaya turun temurun di Bali yang selalu ditunggu-tunggu.

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 08 Januari 2022 | 10:30 WIB
Makna Dan Filosofi Dalam Sajian Lawar di Bali
Resep Lawar Ayam Khas Bali, Lezat Tanpa Bahan Tambahan Ini. (Instagram/@dyahwidhiastuti)

SuaraBali.id - Setiap ucapara dan acara-acara keagamaan umat Hindu di Bali, biasanya akan disajikan lawar. Lawar sudah seperti makanan wajib di Bali.

Kehadiran lawar tidak bisa dihilangkan meski hanya pelengkap. Apalagi saat hari Raya Galungan, ngelawar sudah menjadi budaya turun temurun di Bali yang selalu ditunggu-tunggu.

Ada makna filosofi yang dalam pada setiap sajian lawar. Makna lawar secara keseluruhan menggambarkan sebuah keharmonisan dan keseimbangan.

Bahan-bahan pembuatnya mewakili keharmonisan dan keseimbangan itu. Ada parutan kelapa (putih, simbol Dewa Iswara di timur); darah (merah, simbol Dewa Brahma di selatan); bumbu-bumbu (kuning, simbol Dewa Mahadewa di barat); dan terasi (hitam, simbol Dewa Wisnu di utara). Keempat arah mata angin tersebut melambangkan keseimbangan.

Campuran dari bahan yang ada dicampur asinnya garam, pahitnya buah limo, pedasnya bumbu Bali, amisnya darah, asamnya buah asam, dan bau busuk dari terasi diracik menjadi satu akan rasa lawar yang nikmat.

Filosofi dari sajian lawar baik untuk dipelajari sebagai pedoman hidup sehari-hari. Lawar mengajarkan keseimbangan dan keharmonisan dalam menjalani hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini