Mengapa Masyarakat Bali Percaya Bayi Rawan Diincar Penekun Leak?

Tak jarang masyarakat meyakini bahwa bahwa bayi juga menjadi incaran penekun ilmu leak

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 05 Januari 2022 | 06:23 WIB
Mengapa Masyarakat Bali Percaya Bayi Rawan Diincar Penekun Leak?
Jero Mangku Bayu Gendeng. [Foto : Istimewa/beritabali,com]

SuaraBali.id - Sejak dulu masyarakat Bali selalu mewaspadai adanya gangguan-gangguan metafisik terutama yang datang kepada seorang bayi. Salah satunya gangguan ilmu hitam atau magic.

Berbagai cara dilakukan untuk melindungi bayi salah satunya juga melindungi ari-arinya. Ada banyak keyakinian dan ritual yang dilakukan untuk melindungi.

Salah satunya seperti menerangi tempat ari-ari ditanam, menutup ari-ari dengan keranjang bambu, ada pula yang menutup ari-ari dengan anyaman daun kelapa atau klangsah. Masyarakat Bali percaya ini sudah sejak lama.

Tak jarang masyarakat meyakini bahwa bahwa bayi juga menjadi incaran penekun ilmu leak. Bukan saja berupaya melengkapi semua tahapan upacara seorang bayi.

Baca Juga:Cerita Rakyat Bali Calon Arang, Kisah Janda Tua Sakti Jadi Leak

Oleh sebab itu banyak orang Bali mencari perlindungan eksternal dengan meminta perlindungan kepada pakar spiritual, seperti Jero Mangku maupun Balian.

Lantas mengapa seorang bayi diyakini rawan gangguan dan diincar penekun leak?

Menurut penekun spiritual, Jero Master Made Bayu alias Bayu Gendeng, hal itu salah satunya berkaitan nyama papat sang bayi.

"Karena di usia Balita, nyame papatnya sedang merantau atau sering meninggalkan dia untuk mengenal dunia luas," ujar pria yang juga peramal profesional ini sebagaimana diwartakan beritabali.com – Jaringan suara.com.

Dia menerangkan, dalam keyakinan Hindu Bali, setiap kelahiran dibekali empat kehidupan yang terdiri dari air ketuban, darah, tali pusar, ari ari nanti akan bergelar bernama Sang Dengen, Sang Kala, Sang Preta dan Sang Anta.

Baca Juga:Ilmu Leak di Bali, Berhubungan Dengan Dasa Aksara, Tujuan Hidup Dan Cara Mati yang Baik

Setelah kepus pungsed, Sang anta akan menjadi I Salahir, Sang Preta atau tali pusar itu jadi I Makahil, Sang Kala menjadi I Merkahir, sedangkan Sang Dengen jadi I Salabir. Sedangkan badan manusia itu bernama Lega Prana.

Seiring bertambahnya usia, nyama papat itu seseorang dengan tubuh manusia itu saling ingat ya saling mengingat satu sama lain. Namun umumnya pada umur 4 tahunan, keempat sosok itu kemudian akan ke segala penjuru.

"Nah di sinilah kadang-kadang itu bisa saling melupakan karena nyama papat itu sibuk mengenal dunia ini mulai memahami ke segala penjuru itu ke timur ke selatan ke barat dan Utara. Mereka saling belajar tentang kehidupan itu akan berubah menjadi anggapati prajapati banaspati Raja," urainya.

Dia menambahkan, anak yang masih kecil akan sangat rawan dengan serangan-serangan, baik dari keadaan cuaca alam maupun dari energi-energi gaib negatif.

"Oleh karena itu jangan sampai nyame papat gaibnya itu dilupakan. Karena nyame gaibnya itulah penjagaan utama dari serangan-serangan gaib," tutup Putra Klungkung ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak