Dipaksa Nyaman Demi Aman, Jemaah Ahmadiyah Minta Pertanggungjawaban Pemerintah

Hingga kini, seluruh jamaah ahmadiyah masih hidup dan tinggal di lokasi tersebut. Kondisinya amat memprihatinkan.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 23 Desember 2021 | 14:51 WIB
Dipaksa Nyaman Demi Aman, Jemaah Ahmadiyah Minta Pertanggungjawaban Pemerintah
Jemaah Ahmadiyah yang kini mengungsi di Transito, Kelurahan Pejanggik, Kota Mataram, NTB. [Foto : Suara.com/Lalu Muhammad Helmi Akbar]

SuaraBali.id - 43 Kepala Keluarga (KK) jamaah Ahmadiyah kini mengungsi di Transito, Kelurahan Pejanggik, Kota Mataram, NTB. Mereka merupakan korban penyerangan dan perusakan pada tahun 2002 dan 2006 di Lombok Timur.

Selepas penyerangan tersebut, mereka sempat menepi ke Lingkungan Ketapang Desa Kekeri Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Namun sekali lagi, mereka mendapat perlakuan yang sama.

Rumah mereka dibakar dan dirusak. Karena tak aman, mereka kemudian diungsikan dari tempat tersebut menuju lokasi pengungsian di Transito.

Hingga kini, seluruh jemaah Ahmadiyah masih hidup dan tinggal di lokasi tersebut. Kondisinya amat memprihatinkan.

Baca Juga:Panorama Alam Pantai Seger di Dekat Tikungan 10 Sirkuit Mandalika

Berdasarkan hasil pantauan, jemaah Ahmadiyah yang tinggal di tempat tersebut seolah dipaksa untuk nyaman. Ruangan rumah yang mereka tempati hanya dibatasi oleh papan sebagai pembatas.

Dalam satu ruangan, bisa ditempati oleh empat kepala keluarga. Satu kepala keluarga bisa terdiri atas 3-4 jiwa di dalam ruangan tak lebih dari 13 x 8 meter tersebut.

Pengungsian Jemaah Ahmadiyah di Transito, Kelurahan Pejanggik, Kota Mataram, NTB. [Foto : Suara.com / Lalu Muhammad Helmi Akbar]
Pengungsian Jemaah Ahmadiyah di Transito, Kelurahan Pejanggik, Kota Mataram, NTB. [Foto : Suara.com / Lalu Muhammad Helmi Akbar]

"Satu keluarga itu batasnya cuman empat jendela, ada juga yang tiga, di dalam pakai papan sebagai pembatas, ada juga yang pakai tirai," kata Risa, salah seorang jemaah Ahmadiyah yang ditemui di Transito pada Kamis, (23/12/2021).

Tak ada kamar mandi pribadi. Dapur seadanya. Mereka telah berusaha menyuarakan nasib mereka. Mulai dari pemerintah daerah, hingga datang ke Jakarta.

"Kalau saya sudah tiga kali mengalami insiden penyerangan, semuanya parah, saya juga sempat ke Sulawesi, tapi Kembali lagi ke sini," kata jemaah Ahmadiyah yang lain, Saharudin.

Baca Juga:Belum Ditemukan Kasus Covid-19 Varian Omicron di Mataram

Selanjutnya, Saharudin menambahkan bahwa merasa ada sesuatu yang janggal soal isu jemaah Ahmadiyah yang menyebar. Kami ini, kata Saharudin, diceritakan tentang sesuatu yang sebetulnya tidak benar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak