Sebab kelompok Bali Aga mempertahankan tradisi animisme. Lestarinya agama Hindu di Bali tak lepas dari dukungan pemerintah kolonial Belanda.
Pada 1881, Belanda melarang misionaris untuk menjalankan kegiatannya di Bali. Pada 1924, misionaris Katolik Roma berusaha masuk ke Bali, namun ditolak keras oleh pihak elit Bali dan kolonial Belanda.
Selanjutnya pada 1931, giliran misionaris Protestan Belanda yang berusaha masuk ke Bali.
Namun kegiatan juga berhasil ditentang dan dihalangi. Oleh karena itulah agama Hindu di Bali tetap bertahan hingga kini.
Baca Juga:Tinggalkan Islam, Sukmawati Bakal Jalani Ritual Pindah Agama Hindu di Bali
Caturwarna
Di Bali berlanjut sistem Catur Varna (Warna). Caturwarna faedahnya 4 pilihan hidup atau 4 pembagian dalam kehidupan sesuai atas bakat dan keterampilan seseorang serta dampak pendidikan. Sebanyak 4 kelompok ini adalah Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
![Ilustrasi Brahmana. [PHDI]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/23/55368-ilustrasi-brahmana.jpg)
Brahmana merupakan kelompok fungsional di dalam penduduk yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan.
Ksatrya ada;ah penduduk yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara.
Waisya merupakan kelompok fungsional di dalam penduduk yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan penduduk.
Baca Juga:Mayat Pria Asal Lombok Tengah Ditemukan Nelayan di Pantai Sumur Kembar Jembrana
Sedangkan Sudra adalah penduduk yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.