SuaraBali.id - Istilah "dark tourism" dimaknai sebagai wisata sejarah atau budaya dengan berkunjung ke destinasi terjadinya tragedi masa lalu. Tujuannya adalah mengenang nilai luhur pun mengasah rasa akan peristiwa yang telah terjadi. Lengkap dengan unsur kesejarahannya.
Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id, istilah dark tourism diunggah di akun Instagram resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 9 Juli 2021. Diartikan sebagai kunjungan ke lokasi-lokasi tragedi, perang, bencana, hingga kematian.
Di Indonesia, ada destinasi-destinasi dark tourism yang memiliki kisah kelam, seperti Museum Tsunami Aceh. Bangunan dan lokasi simbolis untuk mengenang korban tsunami yang terjadi di Aceh pada 2004.
Museum seluas 2.500 meter persegi ini memiliki sebuah ruangan yang dipenuhi ukiran nama-nama para korban. Serta "lorong tsunami". Berupa bidang menurun serta alur yang melengkung, bersuasana gelap dan dialiri air yang terus-menerus merembes di dindingnya.
Baca Juga:Wisata Bali: Bendungan Palasari di Jembrana, Tempat Memancing Ikan Hingga Selfie
Ada pula ruangan gelap yang dipenuhi kotak paralelogram berwarna oranye. Lantas diberi kaca reflektif yang memantulkan setiap bayangan benda yang ada di tempat itu.
Kotak-kotak paralelogram ini memiliki layar tampilan di atasnya, yang menampilkan berbagai momen saat tsunami menerjang 15 tahun lalu. Di antaranya, foto dua lelaki sedang menarik seseorang dari dalam air.
Destinasi berikutnya adalah Tugu Peringatan Bom Bali. Yaitu lokasi untuk mengenang peristiwa bom Bali pada 2002.
Monumen dilengkapi papan nama korban dan bendera-bendera berbagai negara korban.
Tragedi bom meledak ini terjadi di Jalan Legian, Kuta pada Sabtu malam, 12 Oktober 2002. Bom yang mengguncang Paddy's Pub dan Sari Club itu menewaskan lebih dari 200 orang, sedangkan 200 lebih lainnya luka berat maupun ringan.
Baca Juga:Wisata Bali: Tiga Pancuran Pura Beji Batan Gatep, Punya Peruntukan Berbeda-beda
Dua bom pertama meledak di Paddy's Pub dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta, Bali dan ledakan selanjutnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, Jalan Hayam Wuruk 188, Denpasar.
Peristiwa yang disebut Bom Bali I ini dianggap sebagai salah satu aksi terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Peristiwa Bom Bali I ini juga diangkat menjadi film layar lebar dengan judul "Long Road to Heaven". Pemainnya antara lain Surya Saputra sebagai Hambali dan Alex Komang, serta melibatkan pemeran dari Australia dan Indonesia.
Museum Sisa Hartaku, mengenang bencana erupsi Gunung Merapi pada 2010. Warga setempat mendirikan museum berisi sisa-sisa perabotan rumah sebagai saksi bisu bencana alam itu.
Museum yang berlokasi di Desa Wisata Petung, Sleman, Yogyakarta dahulu adalah rumah yang ditinggali Riyanto dan keluarganya.
Benda-benda yang dipajang ditata berjajar bercampur dengan sisa debu, ada kerangka sapi yang masih utuh, kerangka motor, hingga tulisan-tulisan kepedihan saat bencana menjadi ragam artefak pengingat amukan lahar Merapi.
Selain itu, ada pula Makam Juang Mandor di Kalimantan Barat, tempat terjadinya pembantaian massal 21 ribu orang Indonesia oleh tentara Jepang pada 1942-1945.
Dengan berwisata ke lokasi-lokasi ini, selain bisa menjadi medium mendaraskan doa bagi para korban, juga sebagai pengingat akan persatuan dan perdamaian. Bersatu memerangi tindak kejahatan seperti terorisme, pun saling membantu saat terjadi amukan alam seperti gempa bumi dan tsunami.