SuaraBali.id - Legenda asal mula Selat Bali. Secara ilmiah Selat Bali terbentuk karena pergerakan tanah hingga membelah daratan. Namun menurut legenda, asal mula Selat Bali berbeda cerita.
Selat Bali merupakan selat yang memisahkan anatara Pulau Jawa dan Pulau Bali dan dihubungkan dengan layanan kapal ferry.
Konon kedua pulau ini dulunya merupakan satu daratan dan terpisah karena sebuah peristiwa ajaib yang terjadi di daerah tersebut.
Dari cerita sebuah legenda, alkisah di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur hidup seorang brahmana bernama Empu Sidi Mantra yang dikenal sakti mandraguna.
Baca Juga:Bikin Haru, Anak awak KRI Nanggala-402 Ikut Tabur Bunga dan Bicara Ini
Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahkan brahmana harta dan seorang istri yang cantik jelita.
Setelah beberapa tahun menikah, Empu Sidi Mantra dikaruniai seorang anak lelaki yang gagah dan tampan bernama Manik Angkeran.
Manik Angkeran tumbuh sebagai anak yang pandai, namun sayang ia sangat menyukai judi. kehidupan Empu Sidi Mantera tidak tenang dibuat oleh anak semata wayangnya, Manik Angkeran kerap mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya dan berhutang kepada orang lain ketika kalah berjudi.
Banyak orang yang mendatangi rumah Empu Sidi untuk menagih hutang atas pinjaman yang digunakan Manik Angkeran berjudi.
Karena sudah tak mampu membayar hutang hutang tersebut Manik Angkeran memohon bantuan kepada sang ayah.
Baca Juga:BMKG Peringatkan Gelombang sampai 5 Meter Terjang Selat Bali
Akhirnya Sidi Mantra berpuasa dan berdoa memohon bantuan kepada para dewa. Tiba-tiba di suatu malam, Empu Sidi mendengar suara bisikan yang terdengar sangat jelas di telinganya dengan mengatakan, "hai Sidi Mantra! pergilah ke kawah gunung Agung, di sana ada harta karun yang dijaga leh seekor naga bernama Besukih, mintalah naga tersebut untuk memberikan sebagian hartanya tersebut."
Keesokan harinya Empu Sidi berangkat menuju gunung Agung, selama perjalanannya Empu Sidi mampu mengatasi semua gangguan yang terjadi, berjalan cukup jauh sampailah Empu Sidi di tempat yang ditujunya.
Ia duduk bersila di tepi kawah, gunung Agung sambil membunyikan bel dan membaca mantra serta memanggil nama Naga Besakih. Menyadari kedatangan Empu Sidi, Naga Besakih keluar.
Sidi Mantra kemudian mengutarakan maksud dan tujuan ia pergi menemui Naga Besakih, mendengar ungkapan hati Sidi Mantra, Naga Besakih merasa iba dan kemudian menggeliat dan dari sisik-sisiknya keluar emas dan berlian.
Sidi Mantra sangat senang dan berterima kasih kepada sang Naga.
Sesampainya di rumah, Empu Sidi memberikan emas dan berlian tersebut kepada Manik Angkeran guna melunasi hutang-hutang judinya.
Manik Angkeran berjanji tidak akan berjudi lagi. Ucapan Manik Angkeran dipercayai oleh sang ayah, Kemudian manik Angkeran menjual seluruh emas-emas tersebut, dan uangnya digunakan untuk melunasi sebagian hutangnya melihat jumlah uang yang cukup banyak, Manik Angkeran tergiur untuk menggunakan uang sisa tersebut untuk bermain judi kembali, sedangkan semua hutangnya belum terlunasi.
Tak lama Manik Angkeran kembali meminta bantuan kepada sang ayah, namun Sidi Mantra menolak permintaan putranya. Sidi Mantra merasa kecewa atas sifat sang anak. Tak tinggal diam Manik Angkeran mencari tahu darimana ayahnya mendapatkan semua harta tersebut, dan diketahuilah bahwa sang ayah mendapatkannya dari kawah Gunung Agung.
Manik mengetahui untuk samapi ke kawah tersebut ia harus membaca mantra, tetapi ia hanya membawa bel karena dia tidak pernah belajar tentang mantra ataupun doa-doa.
Setibanya Manik Angkeran di tepi kawah Gunung Agung, ia kemudia membunyika bel. Sang naga pun keluar dari dalam kawah, Manik Angkeran terlihat sangat ketakutan. Mendengar keinginan Manik Angkeran, Naga Sugih berkata, "aku akan memberikanmu harta namun kamu harus berjanji untuk mengubah perilakumu, dan ingat hukum karma."
Naga Besukih kemudian membalikkan badannya hendak mengeluarkan emas dan intan dari sisik ekornya. Takjub melihat emas-emas yang ada di depan matanya, niat jahat dari Manik Angkeran pun muncul, ia tiba-tiba menghunuskan keris dan memotong ekor naga tersebut.
Naga Besukih mencoba mengejar Manik Angkeran yang pergi membawa emas serta ekornya namun tak ditemukan. Didalam perjalanan Manik Angkeran merasa kedua telapak kakinya terasa panas, dan sedikit demi sedikit tubuhnya terbakar hingga akhirnya menjadi abu.
Empu Sidi cemas, lantaran anaknya tak kunjung pulang ke rumah. Akhirnya ia mencoba mencari sang anak di gunung Agung.
Sesampainnya disana ia melihat Naga Besukih yang tengah resah diluar kandangnya, sang Naga mengatakan agar Sidi Mantra tak perlu lagi mencari putranya karena ia telah membinasakan Manik Angkeran yang pergi membawa ekornya tersebut.
Terjadilah kesepakatan antara Sidi Mantra dengan Naga Besukih, yaitu Manik Angkeran akan dihidupkan kembali apabila ekor sang Naga dikembalikan.
Manik Angkeran kemudian hidup kembali dan ditemukan oleh Sidi Mantra, keduanya menemui Naga Besukih dan mengembalikan ekornya.
Naga Besukih meminta kepada Manik Angkeran untuk bersungguh-sungguh menaati perintah sang Naga, akhirnya ia pun menyetujui hal tersebut.
Sesampainya Sidi Mantra di Kerajaan Daha seorang diri, Ketika tiba di tanah Benteng, ia menorehkan tongkat saktinya tersebut ke tanah untuk membuat garis batas anatara dia dan putranya. Karena saktinya tongkat tersebut, garis yang mulanya hanya garis kemudian melebar sehingga tergenangi oleh air laut, dan lama kelamaan menjadi selat. Selat itulah yang kini dikenal dengan nama Selat Bali.
Kontributor : Kiki Oktaliani