Jenis-Jenis Pakaian Adat Bali, Ada Khusus untuk Janda

Pakaian adat Bali memiliki sedikit perbedaan dengan beberapa suku adat lainnya.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 01 Juni 2021 | 07:25 WIB
Jenis-Jenis Pakaian Adat Bali, Ada Khusus untuk Janda
Sejumlah umat Hindu terlihat melaksanakan sembahyang menyambut momen Hari Raya Nyepi di Pura Aditya Jaya, Jakarta, Sabtu (17/3/2018). [Suara.com/Oke Atmaja]

SuaraBali.id - Jenis-jenis pakaian adat Bali dan pakaian tradisional Bali. Pakaian adat Bali memiliki sedikit perbedaan dengan beberapa suku adat lainnya, yang terdiri dari baju adat wanita dan baju adat pria, selain itu baju adat bali dapat dibedakan berdasarkan kelas sosial dan fungsi pemakaiannya dengan nama yang berbeda-beda.

Baju adat wanita Bali dari kebaya dan kamen. Perempuan Bali menggunakan kebaya yang hampir sama dengan kebaya perempuan Jawa, dari detailnya kebaya perempuan bali terkesan lebih polos tidak semewah kebaya Jawa.

Untuk bawahan wanita Bali menggunakan kamen. Kamen pada baju adat Bali sekilas seperti batik dan motif yang sangat sederhana, sebagain besar motif kamen wanita Bali adalah motif bunga.

Sementara itu aksesoris pakaian adat wanita Bali terdiri dari:

Baca Juga:Sejarah Perempuan Bali Kuno Tidak Pakai Bra dan Jenis Pakaian Adat Bali

  • Sanggul, Ciri khas sanggul wanita Bali adalah bentuknya yang memanjang, mencapai 50cm. Pada sanggul wanita Bali dilengkapi bungan kamboja dan kenanga sebagai sibol trimurti. Ada tiga sanggul Bali, yaitu pusung gonjer untuk wanita yang belum menikah, pusung tagel untuk wanita yang telah menikah, dan pusung kepupu atau podgala untuk wanita yang berstatus janda
  • Selendang atau santeng, dipakai dengan cara diselempangkan pada bahu. Masyarakat juga mempercayai penggunaan santeng merupakan bentuk tanda bakti seorang anak wanita kepada orang tuanya.
  • Sabuk Prada, memiliki filosofi untuk melindungi diri dari perbuatan buruk sekaligus pelindung rahim.
  • Kain Wastra, merupakan kain yang biasanya dikenakan sebagai bawahan berwarna kuning dan putih, yang menunjukkan ciri-ciri niskala untuk mencipta kehidupan yang suci dan sejahtera. Putih lambang kesucian dan kuning lambang kesejahteraan.
  • Kain tapih, Sinjang, atau disebut juga dengan jarik digunakan untuk menutup tubuh sepanjang mata kaki yang bermakna perempuan harus menjaga kesucian dirinya dalam artian tidak mudah menyerahkan diri kepada siapapun.

Sedangkan untuk pakaian adat pria Bali, atasan dari baju adat ini disebut Yoko dan hanya memiliki satu warna yaitu, putih sejenis dengan kemeja atau jas yang berkerah.

Untuk bawahannya pria adat Bali juga menggunakan kamen, namun cara pemakaiannya berbeda dengan kamen pada wanita Bali. Kamen pada pria Bali pada bagian tengahnya dibentuk lancip yang menjulur ke tanah, hal ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.

Dilapisan atas kamen terdapat saput, saput ini memiliki corak namun tidak mencolok.

Aksesori pada pakaian adat Bali pria:

Udeng, merupakan ikat kepala dan sebagai identitas dari bagian baju adat Bali tersebut. Terdapat dua motif udeng yaitu polos yang digunakan untuk upacara keagaaman, sedangkan untuk udeng bermotif digunakan untuk keseharian.

Baca Juga:Pemkot Makassar Rayakan Hari Kebudayaan, Kompak Pakai Baju Adat

Sabuk selendang, penggunaan sabuk selendang pada pria ini dilakukan dengan cara diikat pada pinggang setelah menggunakan kamen atau saput. Dipercaya masyarakat hingga kini penggunaan sabuk seelendang akan memberikan perlindungan bagi sang pemakai.

Saput poleng, yaitu kain dengan motif kotak dan berwarna hitam. Bagian kain yang berwarna putih memiliki arti kebaikan, keanugerahan serta pencerahan. Sedangkan warna hitam melambangkan hal-hal negatif.

Keris, yang dibawa oleh pria ini melambangkan kejantanan. Secara filosofi keris juga dipandang sebagai perlambang dari nilai ajaran kehidupan agama Hindu. Selain itu, keris juga merupakan lambang dari kekuatan dan simbol kekuasaan.

Sedangkan pakaian adat Bali yang dikategorikan berdasarkan kelas sosialnya terdiri dari tiga, yaitu

1. Payas Agung

Penggunaan Payas Agung pada zaman dahulu hanya dikenakan oleh kalangan dengan tingkatan paling tinggi. Kata Payas sendiri memiliki makna riasan, dan agung yang artinya besar atau mewah sehingga dapat diartikan sebagai pakaian yang mewah.

Ciri utama Payas Agung adalah adanya perpaduan seperti warna merah, putih, dan emas. Payas Agung biasanya hanya digunakan dalam acara perkawinan. Pakaian adat ini memiliki arti dan filosofi yang baik dalam menempuh kehidupan perkawinan. Penggunaan mahkota dalam Payas Agung pengantin adalah hal yang paling disucikan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Gede Prayitna Dewi dari Universitas Hindu Indonesia yang berjudul "Simbol Trimurti Dalam Payas Agung Pengantin Bali" Simbol Trimurti tersebut di dapat dari hiasan kepala yang meggunaan Cempaka Kuning sebagai lambang Dewa Brahma, Cempaka putih merupakan lambang Dewa Siwa, dan kenanga sebagai lambang Dewa Wisnu.

Payas Agung untuk laki-laki biasanya ditambahkan dengan keris, sdangkan bagi wanita menggunakan kain atau sesanteng yang dililitkan dibagian tubuh atas, dan menggunakan kain songket untuk bawahan.

2. Payas Madya

Payas Madya berada dibawah tingkatan Payas Agung namun lebih fleksibel untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Payas Madya berarti busana atau riasan yang sedang atau menengah.

Kelengkapan payas Madya untuk perempuan adalah menggunakan kebaya, dan kamen yaitu kain lembaran yang dililitkan di pinggang hingga menutupi pergelangan kaki dan selendang, yang dipakai di pinggang di luar kebaya

4. Payas Alit

Payas Alit merupakan baju atau pakaian tradisional yang sering digunakan masyarakat Bali untuk sembahyang ke Pura.

Payas Alit seperti namanya Alit yang dalam bahasa Bali dan Jawa berarti kecil atau sederhana, bisa diartikan Payas Alit merupakan busana yang sederhana. Payas Alit biasanya digunakan untuk kegiatan seperti melakukan bersih bersih ke pura, atau membantu tetangga jika mempunyai acara keagamaan.

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini