Arti Pemangku dalam Adat Bali dan Asal Usulnya, Beda dengan Sulinggih

Pemangku hampir serupa dengan Sulinggih hanya saja kedudukan serta kewajiban keduanya berbeda.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 24 Mei 2021 | 08:35 WIB
Arti Pemangku dalam Adat Bali dan Asal Usulnya, Beda dengan Sulinggih

SuaraBali.id - Arti Pemangku dalam adat bali dan sejarah asal usul Pemangku. Pemangku merupakan golongan orang suci diantara para umatnya di dalam agama Hindu.

Seperti dilansir dari mutiarahindu, Pemangku hampir serupa dengan Sulinggih hanya saja kedudukan serta kewajiban keduanya berbeda.

Pemangku merupakan orang suci yang tergolong ekajati (lahir sekali), tingkatan pertama dari kesucian seorang Sulinggih adalah sebagai Pemangku Pura.

Pemangku Pura bertugas untuk nganteb atau mengiringi upacara Yajna, sedangkan Sulinggih ada dalam golongan dwijati (lahir dua kali).

Baca Juga:Bali Jadi Kota Mati, Pandemi Covid-19 Lebih Dahsyat dari Bom Bali

Berasal dari kata Eka yang artinya satu dan Jati yang merupakan akar kata Ja yang berarti lahir.

Seseorang dikatakan sebagai pemangku apabila telah melakukan upacara penyucian berupa Pawitenan. Pawitenan dapat dilakukan berulang kali oleh pemangku.

Pemangku atau yang dikenal juga dengan sebutan Pinandita juga masih diperbolehkan untuk bercukur dan berpakaian layaknya anggota masyrakat biasa karena masih memiliki tugas dan kewajiban dalam hubungan kemasyarakatan sebagai seorang Walaka.

Secara etimologi pemangku berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Pangku yang sama dengan Nampa dengan artian menyangga atau memikul beban, tanggung jawab sebagai pelayan atau perantara orang yang punya kerja dengan Tuhan atau leluhur.

Pemangku dapat pula diartikan sebagai seseorang yang memikul tanggung jawab sebagai pelayan Sang Hyang Widhi Wasa sekaligus pelayan masyarakat.

Baca Juga:Ngidam Sultan, Nagita Slavina Kepincut Beli Villa Mewah di Bali

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini