Bali Bertekad Jadi Pulau Eco Enzyme Pertama di Dunia

Bali akan menjadikan eco enzyme sebagai bagian alat pendukung pelestarian lingkungan.

RR Ukirsari Manggalani
Senin, 22 Februari 2021 | 16:27 WIB
Bali Bertekad Jadi Pulau Eco Enzyme Pertama di Dunia
Bali akan menjadikan eco enzyme sebagai bagian dari pengelolaan sampah [Berita Bali/Istimewa].

SuaraBali.id - Koordinator Komunitas Eco Enzyme Nusantara Provinsi Bali, Jokoryanto saat pembukaan gerakan uji coba aplikasi penyiraman eco enzyme di tumpukan sampah di kawasan Tempat pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar pada Minggu (21/2) sore menyatakan tekad Bali untuk menjadi pulau eco enzyme pertama di dunia.

Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan dari SuaraBali.id, eco enzyme atau cairan hasil fermentasi limbah organik akan digunakan Pulau Dewata dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

Gerakan uji coba aplikasi penyiraman eco enzyme dilaksanakan Komunitas Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali bekerjasama dengan Magister Sains Pertanian, Universitas Warmadewa dan Pemerintah Provinsi Bali.

Menurut Jokoryanto, gerakan uji coba aplikasi penyiraman eco enzyme di TPA Suwung merupakan langkah awal dari upaya mewujudkan Bali sebagai Pulau Eco Enzyme.

Baca Juga:TPA Mandung Tabanan Gunakan Cairan Eco Enzyme untuk Uraikan Sampah

Eco enzym di Bali [Berita Bali/Istimewa].
Eco enzyme yang diterapkan di TPA Kecamatan Tabanan Bali, sebagai ilustrasi [Berita Bali/Istimewa].

Penyiraman eco enzyme tidak saja mampu mengurai bahan-bahan kimia yang terkandung dalam tanah, tetapi juga akan membuat tanah menjadi subur.

"Bisa menetralisir air lindi yang dihasilkan oleh sampah Bahkan bisa mengurai banyak polutan udara," jelas Jokoryanto.

Ia menyatakan bahwa langkah pengaplikasian eco enzyme di TPA Suwung juga diharapkan dapat membantu mempercepat proses dekomposisi, sehingga volume sampah dapat dikurangi. Mengingat sampah yang dihasilkan di Denpasar 70 persenlah ada sampah organik.

Ia berharap penggunaan eco enzyme juga dapat dilakukan mulai dari rumah tangga, sehingga sampah yang dibuang ke TPA jumlahnya berkurang.

"Jadi kalau seandainya semua rumah tangga bisa membuat dan tidak membuang sampah organik ke TPA itu bisa menekan gas metan," tandas Jokoryanto.

Baca Juga:Setiap Kelurahan di Palembang Ditarget Bisa Kelola Sampah 3R

Ni Made Armadi, S.P., M.Si, Kepala UPTD Pengelolaan Sampah DKLH Provinsi Bali, menyatakan upaya penyiraman eco enzyme adalah langkah awal yang luar biasa, karena akan sangat membantu para pekerja di TPA. Selama ini para pekerja di TPA harus menghadapi bau yang tidak sedap, panas serta paparan gas metan.

"Yang tidak kalah pentingnya itu adalah gas metan, ini yang paling membahayakan kesehatan. Itu bisa menghasilkan ledakan yang luar biasa, bisa mencemari udara dan menimbulkan emisi gas rumah kaca. Dimana emisi gas rumah kaca ini bisa menimbulkan pemanasan global dan pemanasan global ini akan mempengaruhi iklim," Ni Made Armadi.

Ia mengharapkan langkah awal yang dilakukan di Bali ini akan menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya di Indonesia. Namun langkah awal yang dilakukan di Bali ini semestinya dilakukan secara berkelanjutan. Apalagi penyiraman eco enzyme juga ditindaklanjuti dengan kajian akademis yang dilakukan oleh Magister Sains Pertanian, Universitas Warmadewa.

Dr. Ir. I Dewa Nyoman Sudita, M.P, Ketua Prodi Magister Sains Pertanian, Universitas Warmadewa, menyebutkan bahwa kajian akademis menjadi penting untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan eco-enzyme. Hasil kajian akademis akan menjadi rekomendasi dalam pengelolaan sampah dengan eco-enzyme di masa mendatang.


"Pembuangan sampah dengan tumpukan sampah akan menghasilkan air lindi, ini kami ukur dan memberikan kajian akademis. Dampak sampah ini mempengaruhi kualitas lingkungan dan kesehatan manusia," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak