SuaraBali.id - Sudah enam bulan lebih sejak ditutupnya penerbangan Internasional di Bali, kawasan belanja souvenir, dan pasar hingga hotel tampak sepi. Sebagian bahkan tidak terurus.
Hal itu tampak di beberapa titik ikon wisata seperti Kuta, Seminyak, Jimbaran, Nusa Dua hingga Ubud, Kamis (13/11/2020).
Pantauan SuaraBali.id, tidak ada turis yang datang di objek-objek ikonik Bali tersebut. Tempat parkir lowong, sepeda motor rental di dekat tempat wisata sampai berdebu.
Pasar dan kawasan toko souvenir yang tidak pernah sepi pelanggan, dan tour guide hingga travel juga tampak kosong terbengkala. Semua kini harus gigit jari karena tidak ada turis mancanegara.
Baca Juga:Mampukah Bali Beralih dari Pariwisata dan Bangkit dengan Bertani?
Sam, turis asal Mesir, yang terjebak selama pandemi di Bali dan tinggal sementara di vila di Ubud, menuturkan Bali bukan lagi tempat yang sama sebelum pandemi.
Biasanya ikon Bali seperti Kuta, Seminyak dan Legian selalu ramai hingga jalanan macet. Turis tidak ada hentinya datang dan pergi, pesta belanja dan hangout di cafe-cafe. Namun sekarang berbeda.

"Saya juga melihat hotel, hostel, dan vila yang kotor di Ubud karena tidak berpenghuni atau ditutup, mungkin pegawainya dirumahkan karena tidak ada pengunjung," katanya saat ditemui SuaraBali,id Kamis (12/11/2020).
Tak hanya Sam, seorang warga negara asing (WNA) asal Inggris bernama Dam juga mengungkap kesannya terjebak di Bali akibat pandemi.
Sudah sejak Februari dia berada di Pulau Dewata, tak bisa pulang ke kampung halaman. Ia mengatakan, Bali berbeda jauh dari sebelum ada pandemi.
Baca Juga:Diserbu Wisatawan Lokal, Bali Kini Seperti Tahun 1970-an
Menurutnya, pengusaha dan pemerintah setempat sangat kewalahan menghadapi pandemi Covid-19, karena warga Bali mengandalkan pariwisata sebagai sumber mata pencaharian. Sementara kini, wisatawan mancanegara belum dizinkan masuk ke Bali.

Kendati begitu, ia melihat pelaku pariwisata Bali mulai bangkit beberapa waktu belakangan.
"Ya semua masih sepi tapi sudah ke sini makin bangkit, saya sudah melihat banyak hotel dan vila yang berbenah mungkin karena wisatawan lokal sudah berdatangan," tuturnya.
Seorang pegawai rental motor, Jun, di kawasan Parerenan juga mengeluhkan tidak adanya penyewa motor selama pandemi.
"Motornya sampai berdebu dan saya harus hidupnya mesinnya sesekali setiap minggu untuk pengecekan kelayakan, ya manatahu ada pelanggan. Kami bahkan sewa semurah-murahnya selama pandemi, jika biasanya Rp60 hingga Rp70 ribu perhari untur motor Scoopy dan Vario terbaru, kini cuma Rp0 ribu dan hanya Rp500 ribu perbulan," jelasnya.
Menurutnya, biasanya rental motor tidak pernah sepi di kawasan wisata. Bahkan sering kehabisan motor untuk direntalkan karena banyaknya turis yang menyewa. Tapi sekarang berbeda, usahanya sepi.