Bukan Sekadar Ikat Kepala dari Bali, Ternyata Begini Nilai Filosofi Udeng

Sering melihat masyarakat di Pulau Dewata kenakan Udeng? Simak informasi lengkap tentang filosofinya berikut ini.

Arendya Nariswari
Jum'at, 09 Oktober 2020 | 11:45 WIB
Bukan Sekadar Ikat Kepala dari Bali, Ternyata Begini Nilai Filosofi Udeng
Bukan Sekadar Ikat Kepala Asal Bali, Ternyata Begini Nilai Filosofi Udeng. (Pixabay/Christoper 1710)

SuaraBali.id - Setiap suku di Indonesia memiliki keunikan yang menjadi ciri khas dari masing-masing daerah. Tak terkecuali halnya dengan tradisi yang ada di wilayah Bali.

Masyarakat Bali tentu saja juga memiliki bahasa, tradisi sampai dengan pakaian tradisional yang menjadi ciri khas. Tidak sedikit bahkan orang-orang yang tertarik untuk mempelajari lebih dalam, segala hal tentang Bali.

Salah satu atribut yang sering dikenakan oleh masyarakat Bali, khususnya laki-laki ialah ikat kepala. Ikat kepala bernama udeng ini sangat sering digunakan sehari-hari oleh masyarakat Bali. Bukan hanya ketika memperingati hari raya, udeng ini juga kerap dipakai sehari-hari.

Bukan sekadar ikat kepala, ternyata ada nilai filosofi di balik udeng ini lho. Mengutip dari Yukepo.com---Jaringan Suara.com, Jumat (9/10/2020), udeng adalah bagian dari pakaian tradisional khas Bali.

Baca Juga:Liga 1 2020 Urung Dilanjut, Bali United Kurangi Intensitas Latihan

Bukan Sekadar Ikat Kepala Asal Bali, Ternyata Begini Nilai Filosofi Udeng. (Unsplash/@belart48)
Bukan Sekadar Ikat Kepala Asal Bali, Ternyata Begini Nilai Filosofi Udeng. (Unsplash/@belart48)

Ikat kepala ini digunakan oleh semua laki-laki Bali dari berbagai lapisan masyarakat, dari golongan Bangsawan hingga rakyat biasa. Kalau dilihat-lihat, bentuk udeng ini tidak simetris. Bagian kanan udeng lebih tinggi daripada bagian kirinya.

Ternyata bentuknya yang tidak simetris ini ada makna filosofisnya. Makna dari bentuk yang lebih tinggi di bagian kanan adalah harapan agar orang-orang lebih banyak melakukan kebajikan yang disimbolkan dengan kanan.

Udeng terbuat dari kain yang panjangnya sekitar 50 cm. Tidak sembarang orang bisa membuat udeng. Pembuatan udeng ini membutuhkan keahlian khusus.

Hanya beberapa daerah di Bali yang terkenal dengan udeng buatannya. Salah satunya adalah Desa Sidemen di Karangasem, Bali.

Para laki-laki Bali gak hanya memakai udeng untuk acara-acara adat tertentu, tapi mereka juga memakai udeng di kesehariannya. Penggunaan udeng ini tujuannya adalah agar rambut mereka tetap rapi dan tidak rontok. Mereka percaya bahwa rambut yang rontok bisa melanggar kesucian pura.

Baca Juga:Polisi Sebut Tak Ada Demo di Bali, Kenapa Buruh di Sana Tak Turun ke Jalan?

Udeng Bali ini banyak variannya, mulai dari yang warnanya putih polos, sampai yang bermotif dengan corak warna khas tradisional Bali. Biasanya udeng yang dipakai untuk beribadah adalah udeng berwarna putih polos.

Itu dia tadi guys, ulasan mengenai ikat kepala laki-laki Bali atau yang biasa disebut dengan udeng. Semoga informasi ini menambah wawasan kalian tentang budaya dan tradisi di Indonesia yang beragam ini ya!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak