Eviera Paramita Sandi
Rabu, 24 September 2025 | 09:00 WIB
Istimewa/beritabali.com
Baca 10 detik
  • Sejarah kekejaman di Jembrana yang masih meninggalkan jejak
  • Anggota/simpatisan PKI dibunuh brutal.
  • Kuburan massal Jembrana ditemukan.

SuaraBali.id - Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) PKI tahun 1965 masih diselimuti kompleksitas sejarah dan pertanyaan yang belum terjawab hingga kini.

Namun, bagi penyintas seperti Nyoman Sirna, dampak paling mendalam dan menghancurkan adalah aksi balas dendam masif yang menimpa semua elemen yang terafiliasi dengan PKI di Bali.

Kekerasan pecah dengan cepat.

"Semua anggota dan pimpinan S 3 (Serikat Sekerja Sosial yang didominasi orang-orang PKI) di seluruh Bali mati dibunuh pasca peristiwa G30S,"

Korban pertama yang tercatat adalah "Putu Slamet, ia digorok di depan kamar mandi, di kantornya sendiri, di Dinas Sosial Singaraja."

"Mereka yang hanya ikut-ikutan masuk PKI atau hanya simpatisan organisasi di bawah naungan PKI, banyak menjadi korban," kisahnya.

Diceritakan pada awal Februari 1966, Nyoman Sirna dan delapan orang mahasiswa STKS mengadakan penelitian tentang akibat terjadinya G30S di Bali.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Jembrana, salah satu Kabupaten dimana pembantaian PKI terjadi paling parah.

Penyelidikan krusial ini bertujuan untuk mengungkap kebenaran di lapangan.

Baca Juga: ASN Diminta Laporkan Bila Disanksi Gara-gara Donasi Banjir yang Disebut Sukarela

Sekitar dua minggu Nyoman Sirna melakukan penelitian, meninjau desa-desa dimana banyak terdapat korban pembantaian. Mereka menemukan berbagai keterangan soal kronologi dan variasi peristiwa pembantaian.

Kesaksian yang terkumpul mengungkapkan metode yang mengerikan bahwa ada yang mengaku melihat bagaimana kader PKI diperintahkan untuk mengumpulkan orang-orang PKI, lalu salah seorang diperintahkan membunuh semua pengikutnya.

Terakhir giliran si tokoh PKI itu sendiri yang ditembak. Catatan lain merinci keterlibatan langsung militer:

"Ada juga sepasukan tentara yang diantar oleh Pemuda Ansor setempat, menunjuk sebuah kampung dengan mengatakan semua penduduknya PKI, yaitu Desa Mertasari,” katanya.

Desa itu ada di pinggiran sebelah timur Kota Negara yang menghadapi kehancuran total.

Tentara kemudian mengumpulkan semua penduduk Desa Mertasari, membunuh semuanya, menjarah harta bendanya dan membakar kampungnya hingga rata dengan tanah.

Load More