SuaraBali.id - Aktivis Media Sosial, Tifauzia Tyassuma atau kerap dikenal dengan Dokter Tifa mengungkapkan bahwa Indonesia kini tengah menghadapi krisis moral.
Ungkapan tersebut buntut dari dirinya yang merasa dikriminalisasi perihal kasus dugaan ijazah palsu milik Presiden ke 7 RI, Joko Widodo (Jokowi).
“Saya Dokter Tifa berbicara bukan hanya sebagai WNI, tetapi sebagai bagian dari komunitas global yang menjunjung tinggi kebenaran, kehormatan dan integritas intelektual,” ujar Dokter Tifa saat ditemui oleh wartawan.
“Indonesia negara demokrasi terbesar ketiga di dunia tengah menghadapi krisis moral yang sunyi namun sangat menentukan. Bukan krisis yang ditandai oleh perang atau kekerasan melainkan oleh pergulatan antara kebenaran dan kekuasaan, antara Nurani akademik dan tekanan politik,” imbuhnya.
Menurutnya, permasalahan yang terjadi hanyalah sebuah pertanyaan mendasar dan bukan soal serangan pribadi.
Dokter Tifa menyebut bahwa ini adalah panggilan moral bagi dirinya sebagai seorang akademisi untuk mengungkapkan kebenaran.
“Inti dari permasalahan ini adalah sebuah pertanyaan sederhana namun mendasar. Benarkah seorang mantan presiden republik Indonesia pernah menjabat dengan ijazah akademik yang tidak otentik?,” ujarnya.
“Pertanyaan ini bukan serangan pribadi, bukan fitnah, bukan pula manuver politik. Ini adalah panggilan moral dan konstitusional yang diajukan oleh kami para akademisi, peneliti dan intelektual yang menjalankan tanggung jawabnya untuk mengkaji, mempertanyakan dan mengungkapkan kebenaran,” tambahnya.
Tujuan untuk mengungkapkan kebenaran itu disesali oleh Dokter Tifa lantaran harus dibalas dengan kriminalisasi.
Baca Juga: Demo Berujung Narasi Gulingkan Prabowo? Amien Rais Ungkap Ada Geng di Baliknya
Pihaknya merasa dibungkam, bahkan diperlakukan selayaknya seorang penjahat di Indonesia.
Dokter Tifa menyebut bahwa dirinya sebagai seorang peneliti tentu tidak bertindak sesuka hatinya, melainkan menggunakan pendekatan akademik.
“Namun kami justru dikriminalisasi, kami dibungkam, kami diperlakukan seolah – olah penjahat. Padahal, satu – satunya kesalahan dalam tanda kutip kami adalah kami sedang menegakkan kebenaran,” urainya.
“Kami tidak bertindak sembrono, kami tidak menyerang, kami menggunakan pendekatan akademik dan motivasi kami adalah menjaga kehormatan republik.” Imbuhnya.
Dokter Tifa menyebut bahwa apa yang sudah terjadi merupakan contoh nyata dari penindasan oleh presiden yang berbahaya bagi demokrasi.
“Ini adalah contoh nyata dari penindasan sebuah presiden berbahaya, bukan hanya bagi Indonesia tetapi bagi demokrasi di seluruh dunia,” ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran