Budi Arista Romadhoni
Rabu, 10 September 2025 | 11:57 WIB
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor menembus genangan air akibat hujan ekstrem di kawasan Celuk, Kabupaten Gianyar, Bali, Rabu (10/9/2025). [ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna]
Baca 10 detik
  • BBMKG: Bali masih berpotensi hujan 3 hari lagi.
  • Warga diimbau waspada pasca-banjir ekstrem.
  • Hujan ekstrem picu banjir dan satu korban hilang.
[batas-kesimpulan]

SuaraBali.id - Masyarakat Bali diimbau untuk tidak lengah dan tetap meningkatkan kewaspadaan dalam tiga hari ke depan. Pasalnya, setelah dikepung hujan ekstrem yang memicu banjir dahsyat dan menelan korban, Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memprediksi potensi hujan masih akan mengguyur Pulau Dewata.

Peringatan ini dirilis menyusul bencana hidrometeorologi yang melumpuhkan sebagian Bali pada periode 9-10 September 2025.

Hujan dengan curah di atas 150 milimeter per hari telah menyebabkan banjir di titik-titik vital, memutus akses jalan, hingga mengakibatkan satu warga di Jembrana hilang terseret arus.

Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, menyatakan bahwa meskipun intensitasnya menurun, potensi hujan susulan tetap ada dan perlu diwaspadai, terutama di area-area yang baru saja terdampak bencana.

"Dalam tiga hari ke depan masih berpotensi terjadi hujan ringan hingga sedang di sebagian besar wilayah Bali," kata Cahyo Nugroho di Denpasar, Bali, Rabu.

Peringatan ini bukan tanpa alasan. Kondisi tanah yang sudah jenuh air akibat hujan ekstrem sebelumnya membuat wilayah Bali menjadi lebih rentan terhadap bencana, bahkan dengan curah hujan yang lebih rendah sekalipun. Risiko banjir susulan dan tanah longsor masih mengintai.

Sebelumnya, BBMKG mencatat hujan lebat hingga ekstrem telah memorak-porandakan tujuh kabupaten/kota.

"Berdasarkan hasil pantauan, lanjut dia, hujan sejak Selasa (9/9) di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Klungkung dan Karangasem dalam kategori lebat di atas 50 milimeter (mm) per hari hingga kategori ekstrem di atas 150 mm."

Analisis dinamika atmosfer dari BBMKG mengungkap biang keladi cuaca brutal ini. Fenomena alam ini dipicu oleh aktifnya gelombang ekuatorial Rossby yang secara signifikan memicu pertumbuhan awan konvektif atau awan hujan di atas Bali.

Baca Juga: Ramai Soal Tunjangan DPR, Pemprov Bali Ikut Evaluasi Tunjangan DPRD

Kondisi ini diperkuat oleh tingkat kelembaban udara yang sangat tinggi hingga lapisan 12.000 meter.

"Kondisi itu mendukung pembentukan awan konvektif dengan puncak awan yang tinggi sehingga menimbulkan hujan lebat disertai kilat atau petir," ucapnya.

Dampak dari fenomena ini begitu masif. Banjir merendam kawasan padat penduduk seperti di Pura Demak, Denpasar, dan pusat ekonomi di sekitar Pasar Badung.

Tragedi paling memilukan terjadi di Dusun Munduk, Desa Pengambengan, Jembrana, di mana banjir bandang menyeret satu warga yang hingga kini masih dalam proses pencarian oleh tim SAR.

Bencana ini juga berdampak pada terganggunya jalur vital Denpasar-Gilimanuk yang menyebabkan kemacetan parah. Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali juga menyebutkan insiden pohon tumbang di Tabanan dan Karangasem yang menutup akses jalan dan merusak jaringan listrik.

Load More