Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 27 Maret 2025 | 09:32 WIB
Wisatawan mancenegara saat menikmati matahari terbenam di Pantai Berawa Canggu, Badung, Bali [Suara.com/Eviera Paramita Sandi]

SuaraBali.id - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati menyoroti keberadaan wisatawan asing di Bali.

Hal ini karena menurut pengamatannya, data kedatangan wisatawan asing dan tingkat okupansi tak sebanding.

Karena PHRI memandang jika dilihat dari jumlah wisatawan asing yang datang yaitu 1,9 juta selama Januari dan Februari berdasarkan data imigrasi, maka semestinya okupansi tidak serendah sekarang.

Kendati belum terjadi lonjakan penyewaan kamar, Cok Ace melihat bukan berarti wisatawan sepi di Bali.

Baca Juga: Arus Mudik 2025: Terbang Lancar, Menyeberang Mengular, Ini Solusi Hindari Macet Gilimanuk

“Data imigrasi 1,9 juta secara proxy, atau katakanlah 1,5 juta wisman, dibanding 800 ribu tahun lalu itu hampir dua kalinya sekarang, jadi kemana mereka (wisatawan), okupansi hotel terjadi penurunan jadi ini indikasi hotel dan vila baru di luar pengetahuan kita yang sangat banyak,” ujarnya, Rabu (26/3/2025) sebagaimana dilansir Antara.

Cok Ace menduga terjadi kebocoran karena banyaknya vila-vila bodong alias liar yang dikelola orang asing.

Pangsa pasarnya pun mengambil semua segmen sehingga menjadi pesaing akomodasi berizin.

Menjamurnya vila tak berizin lengkap dipengaruhi kecilnya syarat investasi asing yaitu Rp10 miliar.

“Karena melihat tentang investasi di Indonesia termasuk Bali dan besarnya jaminan second home visa terlalu murah sekali untuk ukuran Bali. Mungkin itulah pendorongnya kenapa orang asing berlomba-lomba berinvestasi di Bali yang pada akhirnya menyebabkan turunnya okupansi hotel,” katanya.

Baca Juga: Driver Ojol Ngadu Soal Pembayaran THR di Bali, Disnaker : Belum Bisa Diproses

Ia menyebutkan adanya penurunan okupansi secara global kata dia mencapai 10 persen.

Load More