Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 22 Agustus 2024 | 19:55 WIB
Banten Pejati Asoroh [http://repo.isi-dps.ac.id]

SuaraBali.id - Banten pejati merupakan salah satu jenis banten (sesajen) yang sangat penting dalam upacara keagamaan Hindu di Bali. Lebih dari sekadar persembahan, banten pejati sarat dengan makna filosofis yang mendalam, mencerminkan kesungguhan hati umat Hindu dalam menjalankan ajaran agama.

Makna Filosofis Banten Pejati

Kata "pejati" berasal dari kata dasar "jati" yang berarti sungguh-sungguh atau benar-benar. Dengan demikian, banten pejati melambangkan kesungguhan hati seorang umat Hindu dalam melaksanakan suatu upacara.

Ini menunjukkan bahwa persembahan yang diberikan bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga merupakan ungkapan rasa bakti yang tulus kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Baca Juga: Ramai Aksi Penolakan Revisi UU Pilkada, Polda Bali Bersiap Dengan Simulasi

Banten pejati juga memiliki makna permohonan keselamatan dan perlindungan dari segala marabahaya. Melalui persembahan ini, umat Hindu memohon kepada Tuhan agar diberikan keselamatan, keberkahan, dan kelancaran dalam menjalani kehidupan.

Selain itu pejati seringkali dikaitkan dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Setiap unsur dalam banten pejati memiliki makna simbolis yang mewakili ketiga aspek tersebut.

Banten pejati juga melambangkan Catur Purusa, yaitu empat sifat dasar manusia, yakni:

  •         Satwa: Sifat baik, suci, dan murni.
  •         Rajas: Sifat aktif, dinamis, dan penuh semangat.
  •         Tamas: Sifat malas, lamban, dan negatif.
  •         Sattva, Rajas, dan Tamas: Ketiga sifat ini selalu ada dalam diri manusia, namun keseimbangan di antara ketiganya sangat penting untuk mencapai keselarasan hidup.

Unsur-unsur Banten Pejati dan Maknanya

  •     Air: Melambangkan kehidupan, kesucian, dan penyucian.
  •     Kain Putih: Simbol kesucian dan ketulusan hati.
  •     Kancing: Melambangkan kesatuan dan persatuan.
  •     Biji-bijian: Simbol kesuburan dan kehidupan.
  •     Buah-buahan: Simbol hasil bumi dan rasa syukur kepada Tuhan.
  •     Telur: Simbol kelahiran kembali dan kesempurnaan.
  •     Ikan Asin: Simbol kehidupan di laut dan kekuatan alam.

Penggunaan Banten Pejati

Baca Juga: Air Suci dari Pura Tirta Dalem Buhu Nusa Penida Dipercaya Sudah Ada Ratusan Tahun Lalu

Banten pejati digunakan dalam berbagai upacara keagamaan Hindu, seperti:

Upacara Panca Yajna: Banten pejati merupakan salah satu sarana utama dalam pelaksanaan Panca Yajna, yaitu lima jenis yadnya atau pengorbanan yang dilakukan umat Hindu.

Upacara Manusa Yadnya: Banten pejati digunakan dalam upacara yang berkaitan dengan daur hidup manusia, seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian.

Upacara Pitra Yadnya: Banten pejati dipersembahkan untuk menghormati leluhur.

Upacara Dewa Yadnya: Banten pejati digunakan dalam upacara yang ditujukan kepada para dewa.

Banten pejati bukan hanya sekadar persembahan, tetapi juga merupakan wujud nyata dari keyakinan dan spiritualitas umat Hindu Bali. Melalui banten pejati, umat Hindu mengungkapkan rasa syukur, memohon perlindungan, dan berusaha mencapai keselarasan hidup.

Load More