Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 29 Mei 2024 | 18:27 WIB
Lembata Kini Berstatus Waspada Kekeringan Dan Karhutla

SuaraBali.id - Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) kini telah berstatus Siaga Darurat Bencana Kekeringan serta Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Andris Koban mengatakan penetapan status oleh Pemerintah Kabupaten Lembata tersebut merujuk pada beberapa hal.

"Lembata dalam Status Keadaan Siaga Darurat sejak Mei 2024 ini hingga 30 November 2024," katanya Rabu (29/5/2024).

Kekeringan tersebut menyebabkan ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan.

Baca Juga: Cerita Nelayan Sulteng Setelah Sebulan Ditangkap di Australia Karena Cari Teripang

Sedangkan kekeringan pada bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman seperti padi, jagung, kedelai, dan lainnya yang sedang dibudidayakan.

Sedangkan pada kajian Risiko Bencana Kabupaten Lembata, terdapat potensi Rawan Karhutla dengan tingkat risiko tinggi sebesar 42,6 persen, berisiko sedang sebesar 43,8 persen, dan berisiko rendah sebesar 13,6 persen.

Selain itu data Time Series dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Lembata mencatat telah terjadi karhutla dengan luasan lebih dari 1.000 hektare pada 78 titik, dan tersebar di sembilan kecamatan selama tiga tahun terakhir.

"Jadi yang sekarang siaga dampak kekeringan itu Kecamatan Lebatukan, sedangkan Waspada itu Kecamatan Atadei," katanya.

Menurutnya tugas penanganan keadaan siaga darurat itu berada pada Satuan Tugas Penanggulangan Karhutla.

Baca Juga: Modus WNA Diselundupkan ke Australia, Pura-pura Jadi Nelayan

Langkah antisipasi yang kini dilakukan yakni membuat ilaran api di sepanjang jalan. Ilaran yakni penyekatan di kawasan hutan atau lahan agar api tidak merambat ke wilayah lain yang lebih luas.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuang puntung rokok yang belum sepenuhnya mati secara sembarangan.

Selanjutnya komunikasi dan koordinasi aktif dilakukan dengan semua pemangku kepentingan untuk penanggulangan kejadian karhutla baik di kecamatan, kelurahan, hingga desa.

"Risiko terbakar itu kebanyakan karena puntung rokok yang dibuang sembarangan," katanya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, sebagian wilayah di NTT telah memasuki musim kemarau.

Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang Sti Nenotek, pertumbuhan awan mulai menurun dan angin Monsoon Timur sudah mulai aktif.

Karena itu, Sti tetap berpesan agar masyarakat  mewaspadai potensi angin kencang yang sifatnya kering pada musim kemarau ini.

"Angin kencang berpotensi menyebabkan meluasnya kebakaran hutan dan lahan," kata Sti mengingatkan. (ANTARA)

Load More