Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 10 April 2024 | 09:15 WIB
Perayaan malam takbiran di Kampung Islam Kepaon, Denpasar, Selasa (9/4/2024) (suara.com/Putu Yonata Udawananda)

SuaraBali.id - Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah yang jatuh pada Rabu (10/4/2024) disambut meriah dengan perayaan malam takbiran yang digelar pada Selasa (9/4/2024) malam. Malam takbir umumnya dirayakan dengan pawai berkeliling dengan mengumandangkan kalimat takbir.

Namun, suasana takbiran yang sedikit berbeda dapat ditemukan di Kampung Islam Kepaon, Pemogan, Kota Denpasar. Meski masih dengan pawai obor dan ujaran kalimat takbir, namun perayaan takbir dibuka oleh gamelan baleganjur khas Bali.

Saat waktu tepat menunjukkan pukul 20.00 WITA, sekelompok penabuh baleganjur dengan riuh memainkan gamelannya dan menjadi penanda dimulainya pawai. Mereka lantas mengiringi replika Masjid Al Muhajirin Kepaon, beserta barisan anak-anak pembawa obor berjalan mengitari Jalan Raya Pemogan.

Meski lalu lintas tersendat, para pengguna jalan pun tak ketinggalan terlihat mengabadikan momen tersebut.

Baca Juga: Kebanyakan Petani Tak Tahu Pembakaran Limbah Berkontribusi Pada Pemanasan Global

Rupanya, keterlibatan penabuh baleganjur saat malam takbiran di Kampung Islam Kepaon sudah menjadi ciri khas. Perpaduan dua budaya tersebut sudah berjalan sekitar 10 tahun.

Inisiatif tersebut ditujukan untuk juga melibatkan umat Hindu yang ada di Desa Adat Pemogan dalam kegiatan di Kampung Islam Kepaon.

“Keterlibatan baleganjur itu kurang lebih 10 tahun yang lalu. 10 tahun lalu itu lah kita berinisiatif bahwa keterlibatan umat Hindu saudara-saudara kita dengan cara baleganjur,” ujar Kepala Dusun Kampung Islam Kepaon, Muhammad Asmara saat ditemui di lokasi.

Asmara juga menjelaskan jika bentuk toleransi tersebut tidak hanya melibatkan baleganjur yang ditampilkan saat malam takbiran. Namun, kesenian Rodat yang merupakan kesenian khas Kampung Islam Kepaon juga ditampilkan saat perayaan hari besar Agama Hindu seperti saat pawai ogoh-ogoh pada Hari Pengerupukan Nyepi.

“Karena kami juga setiap malam Pengerupukan Nyepi, dari 10 tahun itu juga kita ikut serta dengan kebudayaan Rodat ikut tampil dalam pelaksanaan lomba ogoh-ogoh,” tuturnya.

Baca Juga: H-6 Lebaran Idul Fitri, Jumlah Kendaraan di Pelabuhan Gilimanuk Melonjak

“Ini mudah-mudahan dapat berjalan terus, langgeng, yang merupakan toleransi kita sesama umat beragama yang di Bali,” imbuh Asmara.

Sementara itu, penabuh baleganjur pada malam takbiran ini juga digilir setiap tahunnya. Dari jumlah sebanyak 17 banjar di Desa Adat Pemogan mendapat giliran setiap tahunnya untuk menabuh.

Pada gelaran tahun ini, para pemuda dari Banjar Dukuh Tangkas yang mendapat giliran tersebut. 25 orang pemuda tersebut juga datang dengan semangat ‘menyama braya’ atau persaudaraan dalam merayakan malam takbiran.

“Ini sistemnya itu seperti (istilah) Balinya menyama braya, toleransi. Kita menjunjung tinggi toleransi yang ada di Bali ini, jangan sampai terpecah belah,” ujar Ketua Sekaa Teruna (STT) Banjar Dukuh Tangkas, I Komang Okiana Saputra.

Okiana mengharapkan agar toleransi yang sudah terbentuk ini tetap terjaga hingga seterusnya.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

Load More