Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 20 Maret 2024 | 14:17 WIB
Ilustrasi kulit terkena diabetes (Freepik)

SuaraBali.id - Penderita penyakit katastropik di wilayah Denpasar meningkat. Dalam catatan BPJS Kesehatan Kantor Cabang Denpasar, Bali, ada 229 ribu pasien dengan penyakit katastropik selama tahun 2023 atau naik dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 194 ribu jiwa.

“Penyakit katastropik yang terbanyak itu diabetes melitus, hipertensi, dan jantung,” kata Kepala BPJS Kesehatan Cabang Denpasar Nyoman Wiwiek Yuliadewi, Rabu (20/3/2024).

BPJS Kesehatan Cabang Denpasar mencakup tiga wilayah kerja di Bali yakni Kabupaten Badung, Tabanan dan Kota Denpasar. Adapun penanganan yang diakses oleh pasien itu pada 2023 sebanyak 1,2 juta klaim atau meningkat dibandingkan 2022 mencapai 1,1 juta klaim.

Penyakit katastropik disebut sebagai penyakit yang mengancam nyawa dan biaya pengobatannya besar seakan menjadi tren yang berkembang saat ini di masyarakat

Baca Juga: Arya Wedakarna Ngotot Tak Mau Angkat Kaki dari Kantor DPD Bali

Padahal puluhan tahun lalu penyakit didominasi terkait infeksi, termasuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Seperti halnya pasien gagal ginjal yang harus cuci darah dua kali seminggu biayanya mencapai Rp1 juta atau Rp8 juta dalam sebulan.

Biaya pengobatan ini tentu berkurang dengan adanya BPJS Kesehatan yang dapat meringankan beban pasien dan keluarganya mengingat iuran paling tinggi per bulan Rp150 ribu.

“Maka prinsip gotong royong dari yang sehat bisa membantu peserta JKN yang membutuhkan biaya luar biasa besar. Harapannya subsidi silang ini menjadi prinsip utama JKN,” imbuhnya.

Masyarakat pun diajak bergaya hidup sehat dan rajin melakukan pemeriksaan kesehatan agar dapat melakukan deteksi dini sehingga penyakit tidak menjadi lebih parah hingga katastropik.

Baca Juga: Harga Telur Ayam Ras di Denpasar Capai Rp 60 Ribu Per Kerat

“Ini menjadi salah satu perhatian kami karena banyak yang sudah dalam kondisi kronis, tapi baru terdeteksi ,misalnya mengidap diabetes melitus,” imbuhnya.

Saat ini jumlah peserta JKN mencapai 1,6 juta jiwa pada 2023 atau hampir menyentuh 100 persen.

Dari jumlah itu 88,18 persen merupakan peserta aktif alias rutin membayar iuran, sedangkan sisanya masih perlu kesadaran lebih tinggi untuk membayar iuran.

“Peserta aktif 88 persen itu cukup tinggi dibandingkan angka rata-rata nasional yang kurang dari 70 persen. Memang 11 persen tidak aktif itu harus terus kami dorong menjadi aktif,” katanya.

Secara nasional BPJS Kesehatan membiayai penyakit katastropik sebanyak Rp34,7 triliun pada 2023 atau naik dibandingkan 2022 mencapai Rp24 triliun. (ANTARA)

Load More