SuaraBali.id - Secara kasat mata, ogoh-ogoh secara umum nampak seperti kreasi yang indah dan memiliki penggambaran makna. Kesan yang sama juga nampak pada ogoh-ogoh yang dipamerkan di Lapangan Puputan Badung, Kota Denpasar, Jumat (1/3/2024).
Namun di balik keindahannya, juga terdapat perpaduan antara teknologi hingga pemanfaatan barang daur ulang untuk membuat ogoh-ogoh.
Salah satunya adalah ogoh-ogoh kreasi ST. (Sekaa Teruna) Cantika, Banjar Sedana Mertha, Kelurahan Ubung. Ogoh-ogoh berjudul Laksmi Alaksmi itu sekilas nampak tak berbeda dari banyak ogoh-ogoh lainnya.
Laksmi Alaksmi menggambarkan dua sifat yakni Laksmi dan Alaksmi, yang dapat dimaknai sebagai kebaikan dan keburukan. Terdapat dua karakter yakni Laksmi dan Alaksmi juga pada ogoh-ogoh tersebut.
Namun, saat dipentaskan ogoh-ogoh tersebut mampu bergerak dan membawa sosok Laksmi yang semulanya berada di belakang, menjadi berada di depan Alaksmi.
“Jadi pergerakannya hanya pindah posisi saja. Dari yang di belakang pindah ke depan, yang ini jongkok dan pindah lagi,” ujar perancang konstruksi ogoh-ogoh Laksmi Alaksmi, I Nyoman Darsana saat ditemui di lokasi, Jumat (1/3/2024).
Darsana menjelaskan jika dirinya menggunakan mesin hidrolik agar mampu merancang pergerakan ogoh-ogoh tersebut.
Namun, dirinya juga menjelaskan jika penggunaan mesin hidrolik itu adalah salah satu faktor yang paling memakan biaya. Selain itu, konstruksi ogoh-ogoh tersebut dengan besi juga menjadi faktor lainnya.
Darsana menjelaskan jika Laksmi Alaksmi dikerjakan sejak Bulan Desember 2023 dan menelan biaya sekitar Rp70 juta.
Baca Juga: Reaksi Warga Jepang Saat Lihat Penjor Galungan di Negaranya
“Kalau biaya hampir Rp70 juta itu. Paling banyak menghabiskan hidrolik sama konstruksi juga dibagian besi,” imbuhnya.
Selain dengan mesin hidrolik, ogoh-ogoh Laksmi Alaksmi juga menggunakan sejumlah bahan organik dan barang daur ulang.
Ogoh-ogoh lainnya yang juga menggunakan bahan daur ulang adalah ogoh-ogoh berjudul Sura Kasuran milik ST. Eka Pramana, Banjar Mertha Rauh, Desa Dangin Puri Kangin.
Sura Kasuran melambangkan tujuh sifat kegelapan manusia dalam kepercayaan Hindu yang dikenal dengan istilah Sapta Timira. Ogoh-ogoh tersebut mencontohkan tiga dari tujuh sifat tersebut yakni kegelapan akan ketampanan, kegelapan akan kekayaan, dan kegelapan akan kecerdasan.
Penggambaran tersebut juga dilengkapi dengan sosok raja yang dengan semena-mena membunuh rakyat biasa.
Ogoh-ogoh ini menggunakan bahan daur ulang seperti kayu, bambu, hingga tisu. Bahan-bahan ogoh-ogoh seperti gabus atau Styrofoam tidak lagi digunakan karena tak bisa didaur ulang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali
-
7 Tempat Wisata Wajib Dikunjungi Saat Pertama Kali ke Bali