SuaraBali.id - Pelaksanaan Perang Topat (ketupat) di Pura Lingsar, Mataram, Lombok Barat masih terus dilestarikan hingga saat ini. Perang yang menandakan kerukunan umat beragama khusus Hindu dan Islam di Lombok. Tradisi ini juga sebagai salah satu cara merayakan hasil panen yang melimpah.
“Ini juga bagian dari Pujawali dari kalangan umat Hindu yang menggunakan makanan berupa ketupat,” kata Bupati Lombok Barat Hj. Sumiatun, Senin (27/11/2023) sore.
Ia mengatakan, acara tradisi Perang Topat diawali dengan di Kemaliq di Pura Lingsar setelah itu ketupat yang sudah disiapkan penyelenggara digunakan untuk saling lempar. Para peserta yang mendapatkan ketupat dibawa pulang untuk dijadikan sebagai pupuk.
“Sebagai perwujudan toleransi dan pluralime yang terjadi ditengah masyarakat. Ketupat yang sudah pakai untuk perang ini dibawa pulang khususnya petani karena diyakini bisa menjadi pupuk di sawah atau kebun yang akan ditaburkan disana,” ungkapnya.
Tradisi Perang Topat lanjut Sumiatun sudah berjalan cukup lama di Lombok. Warisan budaya leluhur masih tetap dilestarikan hingga saat ini dan bagian dari salah satu gelaran yang berhasil menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
“Ini juga bagian dari event yang menarik minat wisatawan. Karena selama ini event ini banyak terlihat wisatawan mancanegara yang juga ikut bergabung,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Event Daerah pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Reza Pahlevi mengatakan event menjadi alat yang paling efektif dan strategi dalam mempromosikan daerah. Hal ini sudah dibuktikan melalui event-event yang digelar dan menjadikan nama NTB khususnya Lombok dikenal luas.
“Adanya sirkuit Mandalika itu nama Lombok dikenal oleh masyarakat dunia. Jadi melalui event ini nama daerah menjadi dikenal lebih luas,” katanya.
Salah seorang peserta yang mengikuti Perang Topat, Siti mengungkapkan kebahagiannya karena berhasil mendapatkan tiga buat ketupat. Karena selama mengikuti acara perang topat ini dia mengaku belum pernah mendapatkan ketupat.
“Selama ini saya belum mendapatkan ketupat. Tumben ini saya dapat,” katanya Bahagia.
Tiga buah ketupat yang didapatkan akan dijadikan sebagai pupuk di sawahnya. Meski diyakini akan memberikan kesuburan, namun dengan tetap berdoa kepada Allah swt sebagai sang pemilik alam.
“Ini nanti saja jadikan pupuk,” ucapnya sambil menunjukkan tiga buah ketupat yang didapat dari hasil kena lemparan.
Kontributor: Buniamin
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran