Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 25 November 2023 | 15:49 WIB
Upacara otonan di Bali [desaabiansemal.badungkab.go.id]

SuaraBali.id - Masyarakat Hindu Bali selalu merayakan otonan bagi seseorang tiap 6 bulan sekali. Karena dirayakan setiap tahun, otonan ini juga mirip seperti ulang tahun. Namun tak dihitung dalam penanggalan masehi pada umumnya.

Dalam sebuah rumah tangga di Bali, biasanya seorang ibu lah yang mengingat dan selalu menyiapkan otonan bagi keluarganya. Bila waktunya tiba, sang ibu biasanya sibuk mempersiapkan banten dan sarana upakara lainnya untuk otonan.

Dilansir dari laman phdi.or.id yang ditulis oleh Made Mariana, dalam tradisi Hindu Bali, otonan diperingati setiap 210 hari, disebut pinget, maknanya, agar seseorang selalu sadar atau ingat pada diri sendiri, ingat selalu berpegang teguh pada Dharma.

Upacara ini juga diyakini dapat menetralisir derita bawaan (karma dikehidupan terdahulu).

Baca Juga: Cerita Bule yang Sedang Berlibur di Bali Tapi Ikut Aksi Bela Palestina di Denpasar

Namun berbeda dengan ulang tahun pada umumnya, saat otonan tidak ada kado maupun tiup lilin. Yang ada hanyalah persembahyangan.

Pada upacara otonan, umat Hindu menghaturkan upakara yadnya dipimpin oleh seorang yang dituakan atau pemangku (pinandita). Perhitungan otonan mengikuti hari, panca wara, dan wuku.

Perayaannya di hari yang sama, tidak seperti perayaan hari ulang tahun, harinya bisa berbeda, asal tanggal dan bulannya sama.

Umat Hindu meyakini bahwa merayakan otonan juga merupakan penyucian diri seseorang, melenyapkan kotoran batin, sehingga pikiran menjadi cemerlang, bisa belajar dan bekerja dengan iklas, cerdas, dan tangkas.

Dengan demikian Maoton/Otonan merupakan peringatan terhadap hari kelahiran dan ucapan terimakasi kepada Hyang Guru dan leluhur karena diberikan kehidupan "Dumogi Rahayu svaha"

Baca Juga: Aksi Bela Palestina Digaungkan di Bali, Kumpulkan Dana Capai Rp 1 Miliar Lebih

Load More