SuaraBali.id - Kopi Kintamani Bali, biji kopi yang dihasilkan dari tanaman kopi arabika. Kopi ini ditanam di dataran tinggi di Desa Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.
Tanaman kopi arabika terbentuk dari beberapa varietas yang terseleksi, ditanam di bawah pohon Penaung dan dikombinasikan dengan tanaman lain, dikelola dengan baik dan diberi pupuk organik.
Kopi Kintamani memiliki keunggulan yang diakui konsumen mancanegara, di antaranya citarasa yang khas, tahan hama penyakit, berbuah lebat serta produktivitas tinggi.
Karakter rasa kopi Kintamani jauh lebih kompleks dan dapat berubah-ubah, salah satu faktor penyebabnya adalah cuaca.
Karakteristik Kopi Kintamani Bali telah diteliti secara mendalam sejak 2003. Penelitian tersebut mencakup biji kopi serta cita rasa dari kopi Kintamani.
Tahun 2003-2004 dan 2006 telah diambil ratusan sample yang dianalisis oleh para ahli kopi di-PPKKI (Jember) dan cirad (Montpelllier, Prancis).
Penelitian ini menghasilkan data-data yang konsisten berkenaan dengan ukuran biji kopi dan cita rasanya.
Pengambilan sampel kopi telah dilakukan pada tahun 2003 (100 sample), tahun 2004 (66 sample), dan tahun 2006 (38 sample).
Baca Juga: Rahasia di Balik, Rasa Enak Dan Aroma Segar Kopi Kintamani
Pada derajat sangrai sedang (medium roast) Kopi Kintamani menunjukkan hasil sangrai yang homogen, serta aroma kopi yang terkesan manis dan ada sedikit aroma rempah-rempah.
Hasil analisis sensorial menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun rasa kopi Kintamani memiliki tingkat keasaman reguler yang mencukupi, mutu dan intensitas aroma yang kuat, dengan aroma buah jeruk (rasa jeruk dan jeruk nipis), serta kekentalan sedang.
Hal ini menunjukkan bahwa kopi Kintamani memiliki potensi cita rasa yang tinggi. Kopi ini bisa dikatakan tidak terlalu pahit (bitter) dan tidak sepat (astringent).
Hal ini disebabkan karena para petani Bali Kintamani memiliki kepedulian yang tinggi tentang tata cara petik pilih (gelondong merah saja) selama panen.
Pada umumnya, tidak terdapat cacat rasa yang signifikan dari rasa kopi Kintamani ini. Salah satu alasannya bahwa para petani Kintamani telah mempraktekkan prinsip-prinsip “praktek pengolahan yang baik” atau Good Manufacturing Practices (GMP).
Kontributor : Kanita
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali
-
7 Tempat Wisata Wajib Dikunjungi Saat Pertama Kali ke Bali
-
5 Mobil Keluarga dengan 'Kaki-Kaki' Jangkung Anti Banjir