Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 01 Juni 2023 | 15:28 WIB
Ilustrasi ciri-ciri anjing rabies (Nicholas Demetriades/Pixabay)

SuaraBali.id - Ketakutan warga di Desa Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT akan wabah virus rabies membuat adanya kewaspadaan yang berlebih.

Setelah hasil pemeriksaan dari laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar yang menyatakan sampel organ anjing di desa tersebut yang diperiksa ternyata positif rabies.

Warga yang awalnya tak tahu seberapa bahayanya virus ini mulai melakukan perlindungan sana-sini.

Termasuk keluar rumah membawa senjata tajam karena takut mendadak diserang anjing.

Baca Juga: Warga Ketakutan Rabies di Kampung, Tiap Malam Keluar Bawa Sajam

Virus rabies baru diketahui setelah awal Mei ada beberapa ekor anjing liar yang datang ke Desa Fenun lalu secara sembarang menyerang warga.

Lalu anjing tersebut mati dengan mengeluarkan busa dari mulutnya.

Setidaknya ada lebih dari 5 ekor anjing yang mati mendadak setelah mengigit warga.

Begitu juga jika anjing liar yang masuk ke desa mereka menggigit anjing milik warga kampung maka sudah langsung terkena rabies dan mati.

Disampaikan Antonius, saat ini warga Desa Fenun sangat waspada, dan jika menemukan adanya anjing liar maka akan langsung dikejar untuk dibunuh.

“Dalam beberapa hari ini sudah ada sekitar empat atau lima ekor anjing liar yang dibunuh masyarakat,” kata Kepala Desa Fenun, Antonius Tefa yang dihubungi Kamis (1/6/2023).

Dikatakannya, setelah mewabahnya rabies di Desa Fenun, seluruh anjing piaraan milik warga sudah langsung diikat dan dikandangankan.

“Sekarang semua anjing warga sudah diikat dan ada yang di kandang,” jelasnya.

Antonius mengatakan hingga Rabu siang belum ada vaksinasi dari pemerintah yang dilakukan di Desa Fenun.

“Baik itu terhadap anjing warga maupun terhadap warga yang pernah tergiggit,” kata Antonius.

Dia menjelaskan, saat ini ada 15 warganya yang dilaporkan pernah tergigit anjing. Tapi mereka belum juga mendapat vaksinasi.

Saat ini kata Antonius, Desa Fenun telah diisolasi. Tidak boleh lagi ada hewan yang dibawa dari luar atau masuk ke desa tersebut.

Dan hewan liar yang ditemukan dalam desa tersebut akan langsung dimusnahkan.

“Bahkan ada yang dikejar sampai ke pinggir kali lalu dilempari sampai mati oleh warga”, imbuhnya.

Antonius merasa heran, karena kebanyakan anjing liar ditemukan pada malam hari, ini semakin membuat kekuatiran warga bertambah besar.

“Yang lebih berbahaya lagi, ini anjing-anjing dari luar yang kita tidak kenal itu, itu jalan malam,” kata Antonius.

Sehingga warga yang beraktivitas pada malam hari pun harus berhati-hati jika keluar pada malam hari dan selalu membawa senjata tajam seperti parang.

Rabies yang saat mebawah di Kabupaten Tengah Selatan, pertama kali diketahui berasal dari Desa Fenun setelah seorang warganya yakni AB (45) meninggal dunia.

Meningkatnya angka dugaan terinfeksi rabies di TTS dalam sepekan terakhir ini, membuat Pemda TTS telah menetapkan status keadaan luar biasa atau KLB.

Hingga saat ini, jumlah kasus rabies di TTS telah mencapai 46 orang yang telah menyebar di sembilan kecamatan di Kabupaten TTS.

Load More