Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 28 Juli 2022 | 07:29 WIB
Konten creator asal Bali Yudist Ardhana. [Youtube]

SuaraBali.id - Youtuber asal Bali dengan jumlah subscriber 11 juta, Yudist Ardhana menyambut baik upaya pemerintah menelurkan kebijakan konten YouTube untuk bisa jaminan utang di bank, meskipun belum banyak informasi yang dia ketahui soal kebijakan tersebut dan sosialisasi dirasa belum massif dilakukan.

Sebagaimana diketahui Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif. Salah satu poin yang terdapat dalam peraturan tersebut adalah mengizinkan penggunaan konten YouTube sebagai jaminan pinjaman bank maupun non-bank.

“Saya baru sekilas mengetahui kebijakan itu, bahkan tim saya juga sudah dengar tapi belum banyak tahu, pemerintah kalau bisa lebih terarah menyampaikan informasi kepada Youtuber bahwa sekarang ada peraturan tersebut, katanya lagu dan film juga bisa ya,” ungkap Yudist dijumpai SuaraBali.id di kantornya Jalan Gatsu Timur, Denpasar, Bali, pada Rabu (27/7/2022).

Disinggung mengenai azas manfaat, pinjaman utang dari bank, bagi Yudist tentu pinjaman bank memberikan manfaat bagi yang membutuhkan dana lebih, namun Yudist pribadi mengaku tidak gemar berutang.

Baca Juga: Konten Youtube Bisa Jadi Jaminan Utang, Indra Sasak Mengaku Belum Berpikir ke Sana

Yudist yang membangun channel YouTubenya dari nol tanpa budget sepeserpun mengaku lebih baik berusaha mencari uang daripada harus berutang, namun untuk kepentingan orang banyak tentu kebijakan tersebut menguntungkan bagi yang membutuhkan.

“Saya pribadi lebih baik berjuang dengan apa yang saya punya, saya tidak gemar berutang,” tuturnya.

“Sebenarnya konten creator relatif sama seperti bisnis konvensional, pinjaman perlu bagi pelaku usaha tertentu, konten creator tanpa budget seperti tidak punya gir, karena perlu untuk operasional, gaji tim, property dan lain sebagainya,” sambung Yudist

YouTuber sekaligus pesulap ini mengatakan bahwa di kalangan YouTuber belum ada yang memanfaatkan kebijakan pinjaman uang dengan jaminan konten tersebut.

“Dari temen-temen YouTuber belum ada yang merespons atau coba mengajukan pinjaman sepanjang saya tahu,” ujar dia.

Pria kelahiran Denpasar ini, mengaku dia dan rekan-rekan sesama Youtuber belum mengetahui detail persyaratan pengajuan pinjaman dengan jaminan konten.

“Informasinya sudah sampai hanya masih bingung, misal andai kata satu video tembus 1 juta views bisa dijadikan jaminan, belum tentu kedepannya terus menghasilkan konten tersebut, perhitungannya bagaimana masih belum tahu,” tuturnya.

Bahkan, Yudist malah bercerita, dia merupakan salah satu Youtuber yang taat bayar pajak tertinggi. Ia kini juga sudah berbadan usaha PT.

“Saya salah satu pembayar pajak teringgi, kalau Youtuber kan pajak professional setara dengan notaris, dokter tergantung income penghasilan, antara 15-30 persen, saya bayar pajak 30 persen dari penghasilan,” ungkap YouTuber alumni Universitas Pelita Harapan Karawaci dengan penghasilan ratusan juta rupiah itu.

Bangun Channel Youtube Tanpa Modal

Yudist menceritakan, awalnya channel YouTubenya dibangun tanpa modal yang kuat, ia butuh waktu selama 2 tahun untuk mematangkan chanel YouTubenya menggali ide-ide kreatif yang menjadi segmen tontonan masyarakat.

“Tahun pertama 2016 itu masih struggle, dua tahun berikutnya baru establish, konten creator harus inovatif gaya penyampaiannya, dari tahun 2016 saya sudah 4 kali ganti konten, konten pertama saya adalah sulap, dalam dua tahun sudah bisa memproduksi 200 video dan banyak belajar,” bebernya.

Penghasilan pertamanya sebagai Youtuber sebesar Rp 1.300.000,- itu pun sangat pas-pasan untuk produksi, tak ingin menyerah, Yudist terus berkreasi.

“Konten pertama yang saya buat adalah sulap duduk melayang di Lipo Mall Kuta, lalu merubah kertas jadi uang, sulap kartu dan lain sebagainya, tahun 2018 saya mulai dapat endorse bisa dikatakan besar nilainya dari situ mulai serius menekuni dunia konten creator, jadi tidak hanya bicara views tapi juga bisnis,” ujarnya.

“Konten creator sebenarnya problematikanya sama dengan televisi, problem terbesar adalah muncul bibit baru kreator baru , dan dituntut inovatif serta adaptif, saya beralih dari konten sulap, tahun  2017 prank, tahun 2018 eksperimen, tahun 2019 - 2021 familiy activity, tahun ini belajar lagi,” imbuhnya.

Yudist menceritakan sempat panen penghasilan waktu awal pandemi setelah kebijakan di rumah saja itu banyak penonton YouTube tahun 2020, namun menginjak tahun 2021 berbalik arah, banyak konten creator bermunculan.

“Di Bali dari riset saya, Youtuber dengan 100 ribu subs ada sekitar 100 channel, penonton tersebar, di sinilah dituntut peka apa mau audience, dulu video panjang laris, sekarang video short to the poin yang laris,” kata dia.

Sedangkan Yudist sendiri jumlah subscribernya masih di bawah Frost Diamondy ang memiliki 22 juta subscriber, namun dari hasil YouTube yang kini sudah memiliki pengikut hampir 12 juta itu sudah mampu membiayai hidup hingga membuka lapangan pekerjaan.

Kontributor Bali : Yosef Rian

Load More