Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 09 Maret 2022 | 14:00 WIB
Suasana pasar Karang Sukun, Mataram, NTB pusat baju bekas. [Suara.com/Lalu Muhammad Helmi Akbar]

SuaraBali.id - Kehadiran baju bekas atau yang lazim disebut baju rombeng (rombengan) mempunyai daya tarik tersendiri di masyarakat. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang memang menjadikan baju bekas sebagai produk primer dalam memilih pakaian.

Selain harganya yang miring, baju bekas juga tak jarang dicari lantaran menawarkan produk-produk pakaian dengan merek ternama.

Salah satu sentral penjualan baju bekas di Kota Mataram yakni pasar Karang Sukun. Setiap hari, lokasi ini ramai dikunjungi pembeli.

Tak hanya masyarakat Kota Mataram, tak sedikit juga masyarakat dari luar kota di Pulau Lombok rela datang jauh-jauh ke lokasi ini.

Lokasinya yang berada di jantung Kota Mataram membuat aksesnya amat mudah dikunjungi. Pasar baju bekas Karang Sukun ini cukup luas.

Sedikitnya, terdapat 83 kios/lapak pedagang yang menjajakan baju bekas di lokasi tersebut. Tak hanya di areal dalam pasar, di sepanjang jalan pasar karang sukun juga ramai dihuni penjual baju bekas.

Suhaini (40) warga asal Narmada Kabupaten Lombok Barat merupakan salah seorang pedagang baju bekas di pasar Karang Sukun. Ia sudah hampir 8 tahun melakoni profesi itu.

Suhaini mengatakan bahwa pasar Karang Sukun merupakan magnet tersendiri bagi pecinta baju bekas. Setiap hari, kata Suhaini, ramai warga mengunjungi lokasi tersebut.

Suhaini mengatakan bisa meraup untung hingga Rp 1 juta perhari.

"Tergantung, kalau sedang ramai ya alhamdulillah," kata Suhaini saat ditemui di lapaknya di Pasar Karang Sukun pada Rabu, (9/3/2022).

"Berkisar 400 sampai satu juta per hari, kalau ramai," ujarnya.

Baju bekas yang dijual Suhaini ia dapatkan dari dua kota besar di Indonesia, yakni Bali dan Surabaya.

"Kita beli per bal dari Bali dan Surabaya," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa baju bekas yang ia beli mayoritas merupakan barang-barang impor.

"Dari luar negeri, pusatnya itu kan di Batam," katanya.

Lapak yang digunakan Suhaini untuk berjualan, katanya ia sewa dari seseorang yang disebutnya sebagai "Nyonyah". Biaya sewa yang dibebankan pada dirinya yakni Rp 1 juta/perbulan.

"Ini pribadi yang punya, orang China kayaknya," katanya.

Sementara itu, Rifky Syahmi Tahir (21) salah seorang pembeli baju bekas di pasar Karang Sukun menyebutkan bahwa kualitas produk baju bekas di Karang Sukun cukup bagus.

Ia rutin selama sebulan sekali mencari baju bekas di lokasi tersebut.

"Barangnya bagus-bagus, bisa dinego juga," ujarnya.

Sebagai contoh, kata Rifky, kemeja dengan kualitas yang layak bisa ia dapatkan berkisar dari harga Rp 35 – 50 ribu per biji.

Selain itu, menurutnya varian produk baju bekas yang dijual di pasar Karang Sukun amat beragam. Baju semua kalangan tersedia di sana.

"Lengkap juga, jangankan pakaian biasa, beha juga ada," ujarnya.

Kontributor : Lalu Muhammad Helmi Akbar

Load More