Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 17 Februari 2022 | 11:02 WIB
Tokoh tua di keluarga tionghoa di Kabupaten Jembrana Po Lian Ing (75) yang tinggal di lingkungan Dauhwaru, kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Bali. [Foto : Istimewa/beritabali.com]

SuaraBali.id - Setelah hari raya Imlek, tokoh tua di keluarga Tionghoa di Kabupaten Jembrana, Bali Po Lian Ing (75) yang tinggal di lingkungan Dauhwaru, kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Bali tetap melestarikan tradisi setelah hari raya Imlek.

Dimana setelah 15 hari perayaan Imlek diselenggarakan Hari Raya Cap Gomeh yang serupa umat Hindu merayakan Kuningan. Saat itu, ciri khasnya adalah dengan membuat jaje bantal dan juga identik dengan lontong Cap Gomeh.

Tradisi ini sudah menjadi sebuah tradisi di kalangan umat Tionghoa terutama di Kabupaten Jembrana.

Po Lian Ing menjelaskan, olahan bahan dasar jaje bantal adalah ketan, kacang merah, dan dibalut dengan daun janur pohon kelapa. Kemudian dikukus atau bisa juga direbus, sampai kurang lebih 1 setengah jam.

"Dalam perayaan ini dilaksanakan pada tanggal 15 di bulan Februari, selain itu ada juga ketupat disajikan dengan masakan kare ayam, dan ada juga ayam bumbu rujak. Tak lupa sayur lodeh, kacang kapri, dan serundeng. Jajanan dan panganan ini disajikan buat keluarga, kerabat, dan para tamu yang datang ke rumah," tuturnya.

Selain Jaje bantal dan makanan lontong kare atau ketupat juga ditaruh di tempat leluhur yang ada di rumah, sebagai bukti persembahan kepada para leluhur. Dan hal ini dilakukan bertepatan pas bulan purnama.

"Upacara Cap Gomeh tetap harus dilestarikan jangan sampai punah apalagi masa Covid-19 ini belum berakhir, kita berharap semoga Laumu atau Tuhan Yang Maha Esa (Adi Buddha) badai Pandemi segera berakhir. Dan usaha, pekerjaan, dan juga sekolah bisa kembali normal kembali," pungkasnya.

Load More