Dythia Novianty
Senin, 28 Juni 2021 | 16:11 WIB
Desa Penglipuran, desa terbersih di dunia. [Antara]

SuaraBali.id - Patut bisa berbangga hati dengan keberadaan Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali yang terkenal dengan julukan desa terbersih di dunia.

Kerap menjadi tujuan wisata, Desa Penglipuran memiliki udara perdesaan segar, asri, dan tanpa sampah.

Tidak hanya itu, desa ini sangat menjunjung kesetaraan gender. Baik lelaki maupun perempuan, bekerja sama dalam membangun perekonomian keluarga.

Astri Widyani, salah satu penduduk Desa Panglipuran juga bekerja membuat canang sesajen untuk dijual, demi membantu suaminya yang bekerja sebagai guru honorer.

"Saat pandemi Covid-19 enggak bisa ngapa-ngapain, di rumah aja tapi dapur harus tetap ngebul. Jadi saya bikin canang, ada yang masih bisa ke ladang ya kembali ke ladang," kata Astri dilansir laman Antara, Senin (28/6/2021).

Sebelum pandemi, desa tersebut memang bertumpu pada pariwisata dan penjualan oleh-oleh khas Desa Panglipuran.

Di desa tersebut, menurut Asri, hampir 80 persen penduduknya berjualan, kemudian bekerja di bidang pariwisata maupun menjadi pegawai negeri sipil.

"Selama pandemi 'nggak bisa dipungkiri warga sini mayoritas berjualan, jadi dari sini aja. Ada orang sini yang juga jadi pegawai negeri, pokoknya berasa banget pas pandemi," katanya.

Kehidupan mereka kembali normal perlahan saat di bulan Desember 2020, Desa Penglipuran kembali dibuka untuk wisatawan dengan protokol kesehatan Covid-19 ketat.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Resepsi Pernikahan di Bali, Dijamin Tak Terlupakan Seumur Hidup

Karang Memadu

Tidak banyak yang tahu, di desa tersebut memiliki aturan adat, yakni dilarang melakukan poligami maupun poliandri.

Desa tersebut memiliki satu tempat tersendiri, yakni Karang Memadu, sebuah tempat pengucilan di desa tersebut bagi pelaksana poligami dan poliandri.

Tempat tersebut berada khusus di bawah kaki Desa Penglipuran.

"Pertama, di sini ada orang tua kami, leluhur kami menyampaikan bahwa kalau mau hidup rukun dalam satu keluarga, cukup satu istri satu suami sepasang," kata Ketua Pelaksana Wisata Desa Penglipuran, Nengah Moneng.

Selanjutnya untuk emansipasi, dia menambahkan, atau katakanlah menghargai hak asasi, yaitu kesetaraan gender.

Load More