Mengapa di Bali Tikus Tidak Boleh Dibentak? Ini Cerita dan Mitos di Baliknya

Di Bali, tikus dihormati lewat sapaan "Jro Ketut" (gelar hormat & nama anak keempat). Ini wujud filosofi Tri Hita Karana

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 07 Agustus 2025 | 21:02 WIB
Mengapa di Bali Tikus Tidak Boleh Dibentak? Ini Cerita dan Mitos di Baliknya
Ilustrasi tikus (Unsplash.com/ Joshua J. Cotten)

Oleh karena itu, jika seekor tikus masuk ke dalam rumah, tindakan yang dianjurkan bukanlah membentak atau memasang perangkap yang menyakitkan.

Sebaliknya, orang Bali akan melakukan hal-hal berikut:

  • Berbicara dengan Lembut: Mereka akan berkata dengan suara pelan, "Nggih, Jro Ketut, sampun wengi. Ngiring simpang manten, sampunang menggangu." (Ya, Jro Ketut, sudah malam. Silakan mampir sebentar saja, jangan mengganggu).
  • Memberi "Pesangon": Jika keberadaan tikus sudah sangat mengganggu, beberapa orang akan melakukan ritual kecil. Mereka akan menangkap satu ekor tikus (biasanya dengan perangkap hidup), kemudian meletakkannya di dalam sebuah wadah upacara kecil (banten), memberinya sedikit beras atau makanan lain sebagai "bekal perjalanan" (pesangon), lalu melepaskannya di tempat yang jauh sambil memohon agar ia dan kawanannya tidak kembali lagi.

Baca Juga:Solusi Penutupan TPA Suwung, Koster Usulkan Satu Teba Modern di Desa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini