Adapun pada pawai itu, masyarakat setempat diingatkan agar energi negatif dalam diri manusia perlu dimusnahkan dan transformasi menjadi energi positif atau kebaikan.
Masyarakat dapat membarui informasi cuaca terkini melalui laman BBMKG Denpasar, yakni bbmkg3.bmkg.go.id dan kanal media sosial, di antaranya telegram @warningcuacabali, selanjutnya akun X (sebelumnya Twitter) @bbMKG3 dan instagram @bmkgbali.
Tentang Ogoh-ogoh
Penamaan Ogoh-ogoh diambil dari sebutan ogah – ogah dari bahasa Bali yang artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan.
Baca Juga:Lapas Lombok Barat Antisipasi Kunjungan WBP Membludak Saat Lebaran
Pada tahun 1983 merupakan bagian penting dalam sejarah ogoh-ogoh di Bali.
Pada tahun itu mulai dibuat wujud-wujud bhuta kala berkenaan dengan ritual Nyepi di Bali.
Ketika itu ada keputusan presiden yang menyatakan Nyepi sebagai hari libur nasional, dan semenjak itu masyarakat mulai membuat perwujudan onggokan yang kemudian disebut ogoh-ogoh, di beberapa tempat di Denpasar.
Budaya baru ini semakin menyebar ketika ogoh-ogoh diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.
Definisi Ogoh-Ogoh
Baca Juga:Kejanggalan di Bali, Wisman Ramai Tapi Okupansi Rendah, Cok Ace : Dimana Keberadaannya?
Bagi orang awam ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum hari raya nyepi (ngerupukan) yang diiringi dengan gamelan bali yang disebut Bleganjur, kemudian dibakar.