Sekaa Teruna di Ubud Sulap Kulit Bawang Jadi Ogoh-Ogoh Ramah Lingkungan

ST Purwa Jati Kumara Gana (Ubud) buat ogoh-ogoh dari daur ulang kulit bawang! Bertema Warsaparwa, mereka ikuti aturan ramah lingkungan dan gunakan bahan alami dari restoran.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 25 Maret 2025 | 11:32 WIB
Sekaa Teruna di Ubud Sulap Kulit Bawang Jadi Ogoh-Ogoh Ramah Lingkungan
Ogoh-ogoh Sekaa Teruna (ST) Purwa Jati Kumara Gana, Banjar Teges Kanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali yang terbuat dari 60 kilogram kulit bawang [Istimewa/beritabali.com]

"Kami berharap karya ini bisa menginspirasi komunitas lain untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan tetap melestarikan tradisi dengan cara yang inovatif," pungkasnya.

Tentang Ogoh-ogoh

Sebagaimana diketahui, ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang dibuat dari bahan ringan seperti bambu, kertas, dan styrofoam, yang menjadi bagian penting dari tradisi Bali dalam menyambut Hari Raya Nyepi, melambangkan Bhuta Kala (kekuatan alam semesta dan waktu) yang diarak dan kemudian dibakar.

Tradisi ogoh-ogoh berkembang pesat di Bali sejak tahun 1980-an, terutama setelah Nyepi ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Baca Juga:WNA yang Belum Bayar Pungutan Wisman di Bali Tidak Dilayani di Tempat Wisata

Ogoh-ogoh melambangkan Bhuta Kala, kekuatan alam semesta (Bhu) dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan dalam ajaran Hindu Dharma.

Ogoh-ogoh digambarkan sebagai sosok besar yang menyeramkan, seringkali berwujud raksasa atau makhluk-makhluk dari dunia maya, seperti naga, gajah, Widyadari, hingga berbagai penjahat atau hantu.

Ogoh-ogoh dibuat untuk diarak keliling desa pada senja hari Pengrupukan (sehari sebelum Nyepi) sebagai simbol pembersihan alam dan diri sendiri dari sifat negatif, dan roh jahat.

Tradisi tersebut merupakan bagian dari prosesi Tawur Kesanga, ritual Hindu Bali untuk menetralisir kekuatan negatif di alam sekitar dan "mendamaikan" makhluk-makhluk alam bawah menjelang pergantian Tahun Saka.

Setelah diarak, ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol pembersihan dan penyucian, menandai dimulainya tahun baru Saka. Pembakaran biasanya di lapangan kuburan desa atau disebut setra.

Baca Juga:Nyepi Dan Idul Fitri Bersamaan, Polresta Mataram Tekankan Untuk Saling Toleransi

Pawai ogoh-ogoh menjadi ajang kreativitas para pemuda setempat, dengan berbagai desain ogoh-ogoh yang unik dan menarik.

Tradisi ogoh-ogoh juga mengajarkan manusia untuk memurnikan sifat Bhuta Kala dalam diri, menjaga alam dan sumber daya, serta menjauhi perilaku merusak lingkungan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini