Soal Makan Bergizi Gratis, Pemerintah Diharapkan Juga Perhatikan SLB

Program makan siang gratis disambut baik, walau ada orangtua siswa SLB di Mataram yang anaknya tak suka nasi & glukosa tinggi. Ia berharap ada fleksibilitas menu.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 07 Januari 2025 | 16:09 WIB
Soal Makan Bergizi Gratis, Pemerintah Diharapkan Juga Perhatikan SLB
ILUSTRASI - Siswa SDN 1 Butuh Sukoharjo saat mendapatkan program makan bergizi gratis, Senin (6/1/2025). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraBali.id - Realisasi pemberian makan siang gratis bergizi kepada peserta didik sudah dimulai di Indonesia. Program ini menjadi perhatian bagi sebagian orangtua terutama yang anaknya tidak suka makan nasi atau tidak suka sayur.

Orangtua seorang peserta didik di salah satu sekolah luar biasa (SLB) Kota Mataram, Dina menyambut baik program makan siang gratis bagi siswa pada pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto.

Hanya saja program tersebut tidak menguntungkan bagi anaknya sendiri. Hal tersebut karena anaknya tidak suka makan nasi dan dianjurkan tidak banyak makan makanan yang mengandung glukosa tinggi. 

"Kalau menurut saya selama itu menguntungkan rakyat, maka dilajutkan saja," katanya Selasa (7/1/2025) siang.

Baca Juga:Malam Tahun Baru, Polisi Sita Puluhan Motor Gunakan Knalpot Brong

Ia mengakui, kondisi anaknya yang tidak suka makan nasi ini hanya kasuistik. Sehingga disikapi biasa saja dan tidak menuntut perubahan menu.

"Kalau masalah anak saya itu sifatnya kasuistik. Jadi saya menyikapinya biasa saja. Tidak mungkin juga buat aturan khusus begitu karena ini program pusat, tentu yang dilihat skala mayoritas," ungkapnya.

Namun ia mengharapkan agar pihak sekolah khususnya di SLB bisa menyesuaikan menu dengan kondisi para siswa. Kebijakan tersebut dinilai lebih baik dan peserta didik yang ada di SLB tetap bisa menikmati program tersebut.

"Tentu sih dengan pendampingan atau konsultasi ahli gizi. Maka alangkah lebih baik lagi itu," katanya.

Diterangkannya beberapa siswa dengan kebutuhan khusus seperti anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) disarankan tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan glukosa tinggi.

Baca Juga:Periode Nataru, 100 Ribu Lebih Penumpang Tiba Dan Berangkat dari Bandara Lombok

"Seperti anak saya tidak makan nasi, maka lebih bagus lagi jika ada menu alternatif seperti diganti dengan roti atau menu yang lain yang sesuai dengan kebutuhan gizinya," harapnya.

Dengan adanya pilihan menu tersebut, para orang tua yang memiliki anak tidak makan nasi bisa tetap kebagian makanan.

 "Biar anaknya tetap kebagian jatah maksudnya sesuai dengan seleranya," ungkapnya.

Kontributor Buniamin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini