SuaraBali.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali mengajak masyarakat segera berobat bila menemukan gejalan Tuberkolosis (TBC). Ia pun memastikan saat ini seluruh fasilitas kesehatan dibekali dengan kemampuan deteksi penyakit TBC
“Harus sadar diri ke pelayanan kesehatan kalau sudah batuk tidak sembuh-sembuh, jangan dipaksa minum obat warung,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bali Nyoman Sudiasa
Ia menganjurkan untuk segera datang ke pelayanan kesehatan termasuk ke dokter praktik mandiri.
“Datang ke pelayanan kesehatan, puskesmas kita semua sudah bisa deteksi, semua fasilitas kesehatan sudah dibekali untuk berperan menemukan kasus itu, termasuk dokter praktik mandiri,” sambung Sudiasa.
Baca Juga:El Nino Picu Gelombang Tinggi di Bali, BMKG Beri Peringatan Dini Pelayaran
Untuk mempercepat penanganan tuberkulosis, Dinkes Bali menegaskan bahwa pengidap akan dibiayai BPJS kesehatan atau donor dari Global Fund sehingga tak perlu ragu berobat.
Tingkat kesembuhan dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini juga tinggi, sebab obatnya sudah ada, namun pengidap wajib disiplin selama proses pengobatan sekitar 6 bulan.
“Untuk beberapa pemeriksaan dicakup BPJS, tapi yang tidak punya BPJS pun dilayani, bisa klaim dana Global Fund, tidak ada masalah yang penting mau ke fasilitas kesehatan, disiplin minum obat, mau punya BPJS atau tidak tetap difasilitasi,” ujar Sudiasa.
Kendati Bali tidak masuk dalam lima besar kasus tuberkulosis tertinggi di Indonesia, namun pemerintah pusat tetap menaruh target agar pemerintah daerah sebanyak-banyaknya menemukan pengidap.
Kasus Tuberkulosis didata berdasarkan lokasi pengidap bukan daerah asal, sehingga yang menjadi tantangan banyaknya pasien dengan KTP luar daerah yang tidak menetap di satu kabupaten/kota tersebut.
Baca Juga:Siswa yang Duel Terbuka di SMAN 2 Abiansemal Peserta Jegeg Bagus, Disdikpora : Sudah Clear
“Banyak yang dari luar, kalau yang menetap di Bali jelas KTP-nya mudah kami pengawasan, yang berat yang kos pindah sana sini, jadi kenapa di Denpasar banyak karena banyak penduduk, banyak mobilitas, TBC mudah terjadi di daerah kumuh dan padat penduduk,” kata dia.
Adapun kasus di Bali tahun ini mulai menyerang anak usia 3 tahun, namun paling didominasi pasien usia 25-40 tahun. (ANTARA)