Namun faktanya mereka menggelar tiap hari.
“Tiap hari itu FINNS saja dari Mei sampai kejadian kemarin, jelas masyarakat mengeluh. Kalau semua kelab yang besar-besar itu mengadakan kembang api tiap hari, bagaimana wilayah desa adat? Dan itu di pantai, bukan areanya FINNS," kata Kumara.
Waktu Mepet
Sedangkan Manager Security FINNS Made Sudiarta mengaku komunikasi pihak desa adat terlalu mendesak dengan waktu kembang api meluncur.
Baca Juga:Lonjakan Jumlah Penumpang di Bandara Ngurah Rai Meningkat Signifikan
"Waktunya yang mepet. Kami memiliki operator kegiatan kembang api menggunakan alat, jadi tidak bisa serta-merta. Kalau saja waktunya tidak terlalu dekat, semua bisa dilakukan," ujarnya.
Berdasarkan laporan karyawannya di lapangan, panitia ritual baru meminta menunda pukul 18.50 Wita, sementara kembang api meluncur pada pukul 19.00—22.00 Wita.
"Sebenarnya bisa saja 10—15 menit, tetapi 'kan otoritas pada kepalanya, sementara yang bersentuhan itu anggota, dan anggota tidak memiliki hak keputusan," ujar Sudiarta.
Menyinggung soal kepekaan pihak kelab pantai dengan sudah terpasangnya tenda upacara sejak pagi, FINNS membela dengan mengatakan umumnya ritual di area Pantai Berawa tidak berlangsung sampai malam sehingga tidak menduga akan bersamaan.
Mereka juga menegaskan bahwa aksinya meluncurkan kembang api megah di pesisir Pantai Berawa setiap hari sudah mendapat izin Polda Bali, bahkan setiap bulan mereka memperpanjang izin. (ANTARA)
Baca Juga:Selama Dua Tahun, Sindikat Kartu SIM Ilegal di Bali Mampu Gaji Karyawan Minimal Rp 5 Juta