Tradisi Khas di Hari Raya Pagerwesi, Magehang Awak Hingga Menyantap Nasi Yasa

Di balik kemeriahannya, terdapat tradisi-tradisi unik yang sarat makna filosofis dan spiritual.

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 17 Juli 2024 | 10:58 WIB
Tradisi Khas di Hari Raya Pagerwesi, Magehang Awak Hingga Menyantap Nasi Yasa
Canangsari [Suara.com / Eviera Paramita Sandi]

SuaraBali.id - Hari Raya Pagerwesi, yang jatuh pada Saniscara Wage Wariga, merupakan salah satu hari raya penting bagi umat Hindu di Indonesia.

Di balik kemeriahannya, terdapat tradisi-tradisi unik yang sarat makna filosofis dan spiritual.

Tradisi-tradisi ini mencerminkan nilai-nilai luhur agama Hindu dan menjadi wujud rasa syukur serta pengabdian umat kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

1. Magehang Awak:

Baca Juga:Tantangan Baru SLB di Bali : Siswa Tuna Grahita Membludak

Tradisi ini memiliki makna simbolik sebagai upaya untuk "mengikat" diri dari pengaruh negatif dengan cara mengitari pekarangan rumah sambil membawa banten (sesaji). Umat Hindu meyakini bahwa dengan megehang awak, mereka dapat membersihkan diri dari aura negatif dan memperkuat ketahanan spiritual mereka.

2. Persembahyangan di Pura:

Umat Hindu mengunjungi pura untuk melakukan persembahyangan dan memanjatkan puji syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Di pura, mereka juga mendengarkan ceramah agama dari pemuka agama untuk memperdalam pemahaman tentang filosofi Pagerwesi dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Meditasi dan Yoga:

Meditasi dan yoga menjadi bagian penting dalam perayaan Pagerwesi. Umat Hindu melakukan meditasi untuk menenangkan pikiran, memperdalam kontemplasi, dan mencapai pencerahan spiritual. Yoga, dengan gerakan-gerakannya, melambangkan keseimbangan antara raga dan jiwa, serta kesatuan manusia dengan alam semesta.

Baca Juga:Gedung Produksi dan Server Universitas Udayana Ludes Terbakar, Ini Kata Rektor

4. Menyantap Segehan dan Nasi Kuning:

Segehan adalah lima warna nasi yang melambangkan panca maha bhuta, yaitu lima unsur dasar alam semesta: tanah, air, api, angin, dan akasha (ruang). Nasi kuning melambangkan kemakmuran dan kesuburan. Menyantap segehan dan nasi kuning bersama keluarga dan kerabat menjadi momen untuk mempererat rasa persaudaraan dan saling berbagi berkah.

5. Membagikan Banten:

Banten yang telah dipersembahkan di pura kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama. Dengan berbagi banten, umat Hindu meyakini bahwa mereka turut menyebarkan kebaikan dan keberkahan kepada orang lain.

6. Melakukan Upacara Mecaru:

Di beberapa daerah, umat Hindu melakukan upacara mecaru untuk menetralisir energi negatif dan menyeimbangkan alam semesta. Upacara ini biasanya dilakukan di persimpangan jalan atau tempat-tempat yang dianggap angker.

Tradisi-tradisi Hari Raya Pagerwesi bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sarana untuk memperkuat iman, memperdalam ilmu pengetahuan, dan mewujudkan nilai-nilai luhur agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tradisi-tradisi ini, umat Hindu diingatkan untuk selalu menjaga keharmonisan dengan Sang Hyang Widhi Wasa, sesama manusia, dan alam semesta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak