Jadi Tujuan Delegasi WWF, Keretakan Tebing di Tanah Lot Belum Diatasi

Keretakan pada tebing Batubolong, salah satu daya tarik utama di Tanah Lot, masih belum mendapatkan penanganan yang memadai.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 27 Mei 2024 | 13:24 WIB
Jadi Tujuan Delegasi WWF, Keretakan Tebing di Tanah Lot Belum Diatasi
Objek wisata Tanah Lot. [Foto : Istimewa]

SuaraBali.id - Tanah Lot adalah salah satu lokasi pariwisata terkenal di Bali yang juga jadi tujan wisata pada penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali.

Acara ini telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kunjungan wisatawan ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) Tanah Lot.

Periode awal bulan sebelum penyelengggaraan, rata-rata kunjungan setiap harinya adalah 5.900 orang. Namun, selama penyelenggaraan World Water Forum, rata-rata kunjungan per-hari meningkat menjadi 6.400 orang.

DTW Tanah Lot sempat kedatangan delegasi dari Jepang dan delegasi WWF dari Hungaria, yakni Mantan Presiden Hungaria Janos Ader Bersama istrinya Anita Herczegh.

Baca Juga:KMP Gerbang Samudera Terseret Arus Hingga Kandas di Perairan Selat Bali

Kendati kunjungan wisatawan membawa dampak positif, terdapat masalah yang masih memerlukan perhatian serius.

Keretakan pada tebing Batubolong, salah satu daya tarik utama di Tanah Lot, masih belum mendapatkan penanganan yang memadai.

“Hingga saat ini, belum ada kejelasan dari pihak berwenang terkait rencana perbaikan yang konkret. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran, mengingat potensi bahaya yang dapat ditimbulkan jika keretakan tersebut tidak segera ditangani,” ujar Manajer DTW Tanah Lot I Wayan Sudiana Minggu, (26/5/2024).

Menurutnya, persoalan retaknya tebing di area Batubolong, Tanah Lot terakhir tim dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida datang pada Februari 2024 untuk melakukan pengecekan.

“Masih dalam tahap penyusunan anggaran dan metode pelaksanaan yang dipakai,” ujarnya.

Baca Juga:Koalisi 11 Parpol Sepakat Berkoalisi Mantra Mulia di Pilkada Bali

Menurutnya, renovasi Pura Luhur Tanah Lot memang menghadapi tantangan berat, mengingat harus memperhitungkan siklus pasang surut air laut untuk pengangkutan material dan keperluan lainnya.

Sedangkan fasilitas penunjang seperti Bale Sakanem juga sedang diperbaiki untuk mendukung kegiatan umat dan pariwisata.

Pihak pengempon menyatakan bahwa tahap pertama ini ditargetkan selesai dalam beberapa bulan ke depan, sebelum memasuki tahap berikutnya yang lebih kompleks dan memerlukan waktu lebih lama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini