SuaraBali.id - Potongan harga tiket masuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Bali sedang diperjuangkan oleh para anggota biro perjalanan wisata yang bernaung dalam Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Bali.
Menurut Ketua DPD Asita I Putu Winastra, Ini merupakan harapan anggota asosiasi agar mendapat potongan harga tiket masuk ke daya tarik wisata (DTW), hal ini karena adanya peran besar agen yang sudah mendatangkan kunjungan wisatawan ke DTW tersebut.
“DTW di Bali dikelola banyak pihak, ada yang swasta, ada desa adat, dan ada pemerintah, selama ini harga tiket masuk kan semua sama, ketika anggota kami bisa bawa 10.000 wisatawan masa harganya sama dengan yang datang satu kali dan membawa satu orang,” katanya, Selasa (16/4/2024).
Hal ini pun menjadi fokus karena ada 300 anggota biro perjalanan wisata ini resmi bernaung di bawah Asita Bali dan sudah memenuhi peraturan daerah, sehingga semestinya mendapat keistimewaan.
Baca Juga:Puncak Arus Balik, Ada 440 Pergerakan Pesawat di Bandara Ngurah Rai Dalam Sehari
“Nanti kami akan membawa hasil rakerda sebagai masukan ke Pemprov Bali melalui dinas pariwisata, misal contoh satu DTW tiketnya Rp100.000 paling tidak kami dapat 10 persen,” ujar Winastra.
Selain itu ASITA juga berharap mendapatkan adanya potongan harga bagi agen pariwisata yang resmi di bawah asosiasi
Selain itu juga perihal penegakan hukum bagi oknum yang tindakannya mempengaruhi pariwisata Bali.
Topik ketiga mengenai keinginan biro perjalanan wisata agar diberi kesempatan promosi di dalam maupun luar negeri yang lebih baik, sebab mereka menemukan beberapa agen di luar asosiasi justru ikut memperoleh program ini.
Selain itu juga diharapkan ada zona khusus agen perjalanan di terminal internasional.
Baca Juga:Kebakaran di Karangasem, Dua Ekor Sapi Dan Ayam Terpanggang di Kandangnya
“Kita perjuangkan agar ada zona khusus yang mungkin disiapkan untuk menempatkan penjemput di suatu tempat, sehingga kita bisa melihat wisatawan ditangani biro perjalanan atau mereka hanya mengandalkan internet, lalu area kedatangan internasional utamanya tidak seperti stasiun bus yang teriak-teriak,” ujar Winastra.
Asita Bali melihat saat ini kebutuhan wisatawan terhadap biro perjalanan wisata tak sebesar 1990-an, namun 50 persen dari mereka tetap membutuhkan agen sehingga butuh banyak dukungan untuk mempertahankan eksistensinya.
Dari keseluruhan anggota, Winastra menyebut 76 persen dari pemilik biro adalah orang lokal Bali, 20 persen pebisnis nasional luar Bali, dan 4 persen internasional.
“Oleh karena itu kami sangat berkepentingan memperjuangkan karena ketika biro perjalanan wisata tidak diperjuangkan maka kami tergeser,” katanya. (ANTARA)
Kontributor : I Made Rendika Ardian