SuaraBali.id - Ida I Dewa Agung Istri Kanya yang juga dikenal sebagai Dewa Agung Istri Balemas adalah seorang ratu yang memimpin Bali dari 1814 sampai dengan 1850.
Dewa Agung Istri Kanya memilih menjalani hidupnya dengan melajang. Maka dari itu ia diberi nama Istri Kanya (kanya berarti melajang atau tidak kawin).
Ratu Kerajaan
Perempuan Pahlawan Nasional asal Bali ini yang memerintah Kerajaan Klungkung pada 1849.
Baca Juga:Asap Pekat Jadi Momok Jalan Raya dan Permukiman di Dekat TPA Suwung
Bersama dengan Mangkubumi Dewa Agung Ketut Agung, Dewa Agung Istri Kanya mengarsiteki penyerangan balasan terhadap Belanda di Kusanegara yang berujung pada gugurnya pimpinan ekspedisi Belanda, Mayor Jenderal A.V. Michiels.
Dewa Agung Istri Kanya dijuluki Belanda sebagai "wanita besi" karena telah mampu membunuh jenderal Belanda.
Tak hanya itu, ia juga dijuluki Raja Berkepala Batu oleh Belanda karena sikapnya yang feminis dan tangguh.
Dewa Agung Istri Kanya mampu memimpin pasukannya melawan penjajah. Belanda kewalahan menahan serangan balik Dewa Agung Istri Kanya.
Sastrawan
Baca Juga:Rektor Universitas Udayana Akan Menghadapi Sidang Pada 19 Oktober 2023
Tak hanya memegang tampuk pemerintahan, Ida I Dewa Agung Istri Kanya juga mengisi waktu sebagai sastrawan dengan membuat kidung-kidung.
Dewa Agung Istri Kanya tersohor sebagai salah seorang ratu yang sangat mencintai sastra. Dewa Agung Istri Kanya bukan semata seorang penikmat karya sastra, ia juga seorang pengarang besar (pengawi) pada zamannya. Karenanya, Dewa Agung Istri Kanya kerap dijuluki sebagai raja kawi (rakawi).
Kecintaanya terhadap sastra itu menempatkannya sangat istimewa di mata para pengawi.
Karena itu ia mendapat nama Naranatha Kanya (dalam Astikayana), Wirya Kanya (dalam Babad Dalem), Nrpakanya (dalam Prthadharma), di samping Nrpatiwadhu, Rajadayita, juga Narendra Dayita.
Karya-karyanya yang terkenal antara lain: Pralambang Bhasa Wewatekan dan Kidung Padem Warak, yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang paling mengesankan dalam hidupnya.
Kontributor : Kanita