Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana menjelaskan, melukat sendiri berasal dari kata Sulukat yakni “Su” yang artinya baik dan “Lukat” yang memiliki arti penyucian.
Pada pustaka suci Manawa Dharmasastra Bab V Sloka 10 menyebutkan;
1. Abdhir gatrani wddyanti (tubuh dibersihkan dengan air)
2. Manah satyena (pikiran dibersihkan dengan kejujuran)
Baca Juga:Anies Baswedan Sebut Sangat Mudah Untuk Pulangkan Turis Nakal di Bali
3. Cuddhyti, cidyata pobhyam (roh dibersihkan dengan ilmu dan tapa)
4. Buddhir jnanena cuddhyatir (akal dibersihkan dengan kebijaksanaan)
Setelah menerapkan makna dan arti sloka tersebut, maka melukatpun menggunakan sarana air sebgai pembersihan.
Teknik Melukat
Sebelum melakukan pelukatan, umat terlebih dahulu melakukan persembahyang dan menghaturkan banten (sesaji) dengan canang sari dengan sesari, dupa dan alat persembahyangan lainnya.
Baca Juga:Alasan Umat Hindu Bali Mebanten Pada Pagi Dan Sore Hari
Selain itu, masyarakat diminta untuk memohon doa kepada Dewa-Dewi yang berada di tempat pemelukatan agar dilancarkan dalam menysucikan energi-energi negatif dari dalam tubuh.
Selanjut, masyarakat Hindu yang hendak melakukan pelukatan tidak diperkenankan untuk memakai pakaian secara penuh.
Namun diperkenankan untuk mengenakan kamben bagi laki-laki sedangkan perempuan mengenakan kamben yang menutup dari bagian atas.
Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan energi-energi positif mudah masuk dengan sempurna ke dalam tubuh.
Kontributor : Kanita