Kisah Perempuan Bali Jual Jajan Dan Sarana Upacara Terkenal di Lombok

Ia memilih berjualan jajanan kering, yang dia produksi dibantu 12 orang karyawannya di gerai miliknya.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 09 Maret 2023 | 14:35 WIB
Kisah Perempuan Bali Jual Jajan Dan Sarana Upacara Terkenal di Lombok
Pedagang asal Bali yang sukses di Lombok, Ni Nyoman Reni. [Istimewa/beritabali.com]

SuaraBali.id - Seorang perempuan Bali bernama Ni Nyoman Reni (49 tahun) menceritakan kisah suksesnya sebagai pedagang di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Nyoman Reni awalnya adalah seorang karyawan salah satu perusahaan besar di Bali dengan cabang di Lombok tahun 2002 lalu.

Namun ia memilih mundur dari perusahaan tersebut kini memproduksi aneka jajanan pasar untuk sarana upacara di Pasar Karangjasi, wilayah Cilinaya Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.

Ia memilih berjualan jajanan kering, yang dia produksi  dibantu 12 orang karyawannya di gerai miliknya.

Baca Juga:Nyentrik, Pak Kades di Lombok Barat Bergaya Seperti Anak Punk, Rambutnya Viral

Nyoman Reni berjualan di Pasar tradisional yang tidak begitu luas, namun menjadi salah satu pusat dagang cukup ramai di kota Mataram.

"Pelanggan saya hampir dari seluruh Lombok, mereka belanja jauh-jauh datang ke sini," ungkap Nyoman Reni, ditemui di sela kesibukannya menghitung jajan yang dipesan pelanggan, Rabu (8/3/2023) sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.

Sosoknya dikenal hampir di seluruh Mataram dengan sebutan  "Ni Nyoman Reni dagang jaje di Karang Jasi".

"Rata-rata langganan memang para pedagang banten. Mulai dari Lombok Utara, Lombok barat, Lombok tengah, bahkan dari Sumbawa juga ada," ujar ibu dua orang putra ini.

Memutuskan resign dari pekerjaan di PT Kresna Karya tahun 2002 lalu, Nyoman Reni yang saat itu baru memiliki satu orang anak, mengaku kebingungan.

Baca Juga:Kepala Desa di Lombok Barat Cukur Rambut Mohawk Demi Promosi Desanya

Pasalnya, dirinya yang terbiasa sibuk, tiba-tiba harus menjadi ibu rumah tangga, yang 24 jam waktunya total harus berdiam di rumah.

Walaupun memiliki suami dengan pekerjaan mapan sebagai pegawai di perusahaan besar Pertamina, tak membuat Nyoman Reni  berdiam diri.

Wanita Bali berkulit putih ini memulai kesibukannya dengan membuat jajan semprit dan bolu.

"Yang pertama saya buat waktu itu kue semprit, kue bolu. Kemudian saya titip-titip di pasar. Pasar Sindu, pasar Ampenan, pasar Karangjasi ini juga," tutur Nyoman Reni yang punya leluhur dari Karangasem, Bali.

Selama 10 tahun Reni melakoni pekerjaan membuat jajan di rumah.

Dibantu saat itu oleh satu orang karyawan. Yang mana karyawan itu harus dia antar jemput dengan sepeda motor setiap hari.

"Susahnya waktu itu, harus kita antar jemput. Bertiga dengan anak kita jemput tiap hari," ucap Reni mengenang.

Baru pada tahun 2012, Nyoman Reni memutuskan mencari tempat tetap untuk berjualan.

Memberanikan diri menanyakan tempat jualan yang bisa disewa ke salah satu warung tempat dia biasa menitip jajan.

"Kebetulan waktu itu pemilik warung ndak jualan lagi, mau menutup usahanya. Di situlah saya berani pinjam uang bank, memulai jualan sendiri langsung cari pelanggan," ucapnya.

Kini usaha yang dimulai dari menitip-nitip jajan di pasar-pasar, Nyoman Reni sekarang sudah memiliki satu lagi gerai. Di lokasi pasar yang sama, namun di pinggir jalan.

"Kalau yang di dekat jalan itu anak dan suami yang ngurus. Kalau saya warung ini yang di dalam pasar," ujarnya.

Mengikuti Nyoman Reni resign dari pekerjaan kantoran sang suami, I Ketut Suksenayadi yang bekerja di PT Pertamina juga memutuskan fokus di usaha jajanan ini.

Pekerjaan sebagai pegawai di Pertamina ditinggalkan, dan memilih membantu istri berjualan jajan.

"Tahun 2017 suami pilih mengundurkan diri dari pekerjaan di Pertamina, sekarang ngurus warung sama anak jualan jajan," kata Reni sambil tersenyum.

Namun pilihan pasangan suami istri ini memilih menggeluti dunia "per-kue-an" dan meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai kantoran, tidaklah sia-sia.

Pasalnya, dari usaha jualan jajanan banten ini, pendapatan setiap hari rata-rata Rp 3 juta.

Bahkan di saat hari-hari raya besar, bisa berlipat ganda cuan masuk ke kantong Nyoman Reni.

Dari rata-rata penjualan di satu gerai yang dipegang Nyoman Reni, dia bisa menggaji secara harian, 9 karyawannya di rumah.

Dan memberi gaji mingguan pada 4 karyawan yang membantu jualan di pasar.

Pendapat itu belum termasuk pemasukan dari gerai kue di pinggir jalan yang ditangani suami bersama anaknya.

Lebih dari 20 suplier jajan menyuplai jajanan di dua warung milik Nyoman Reni. Dengan puluhan item model dan jenis jajan.

Kerap kali untuk permintaan pelanggan, Nyoman Reni berburu ke Bali mencari model jajanan baru. Bahkan ada yang didatangkan dari Jawa.

Selain jajanan kering, aneka macam nasi tumpeng kering, benten gantungan juga ada di gerai Nyoman Reni.

Alat-alat upakara, dupa, keben, dan sebagainya keperluan banten melengkapi kebutuhan langganannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini