SuaraBali.id - Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan penjelasan mengapa dirinya getol membela umat Islam di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Ma'ruf Amin.
Rocky Gerung melihat ada potensi umat Islam untuk menghasilkan keadilan sosial dengan doktrin-doktrin teologi yang bisa ditransformasikan ke doktrin sosiologi.
Menurutnya, bagian vertikal yaitu akidah jika dirambatkan ke bagian muamalah yang horisontal bisa berujung pada Pancasila soal Keadilan Sosial.
Tetapi kata Rocky Gerung, rezim menganggap kekuatan Islam berbahaya bagi negara Pancasila. dan ini sudah dimulai sejak Republik ini terbentuk.
Baca Juga:Anies Baswedan Berdarah Arab dan Nggak Bisa Nyapres, Pengamat: Siapa Orang Indonesia Asli?
"Dari kapan kita punya stigma semacam itu? Dari awal kemerdekaan sudah dimulai itu dengan Piagam Jakarta berbahaya nanti kalau diteruskan maka dibujuklah Islam supaya menyerahkan kepentingannya pada demokrasi. Di era Orde Baru ada aktivitas yang dengan cepat menuduh ini, jihad itu. Sampai pada reformasi kita lenyapkan sebetulnya," papar dia dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official.
Kata Rocky Gerung, sebagai sesama warga negara ada yang punya perspektif Islam, perspektif komunis, liberal.
"Tapi karena Islam mayoritas coba dengar pandangan mereka, jadi itu intinya, Jadi saya bukan membela muslim an sich tapi saya membela perspektif di belakang teman-teman muslim yaitu keadilan, kebenaran, kemakmuran," ujar dia.
Anggapan Islam berbahaya ini menurut Rocky Gerung makin menjadi-jadi di era Jokowi dimana ustaz-ustaz yang kritis dianggap akan mendirikan negara Islam dan disingkirkan.
Rocky mengaku sudah berbicara dengan sejumlah tokoh Islam seperti Habib Rizieq, pesantren di Ngruki, di Madura dan aktivis yang masih percaya dengan negara Islam Indonesia di kaki Gunung Galunggung.
Baca Juga:Presiden Itu Bukan Raja, Rocky Gerung Tolak RKUHP karena Berbahaya Bagi Demokrasi
"Mereka bilang nggak, kami menuntut keadilan. tetapi yang ada di kepala kami cuma ajaran islam karena itu kami ingin ajaran Islam juga didengar sebagai perspektif untuk menghasilkan keadilan. Saya bilang itu fair betul kan," paparnya.
"Jadi orang belum dengar argumennya uda menganggap kalau bendera islam dinaikkan itu artinya radikal, teroris, di situ ga benernya. Padahal sebetulnya negeri ini dari awal diasuh oleh pemuka, pejuang yang benderanya Islam. Yang berjuang melawan Belanda pasti kekuatan Islam pada waktu itu Belanda dianggap sebagai Kristen," kata dia.
Namun persoalan posisi agama dalam negara ini kata Rocky Gerung sudah diselesaikan pada waktu Indonesia menganut prinsip kedaulatan rakyat bukan kedaulatan agama.
"Tapi agama menghidupkan aspirasi politik. Itu intinya. jadi setiap kali ada sinisme terhadap politik Islam saya terganggu. Kok ini ga demokratis ya. kenapa mesti dihalangi biarkan orang berpendapat," ucapnya.
Jika ada wacana mau mendirikannegara Islam, menurut Rocky dibiarkan saja gagasan mau buat negara Islam karena toh pada akhirnya ada syarat-syarat teknis mampu apa tidak. Tapi sebagai gagasan jangan dicegat karena pada satu waktu mungkin terwujud.
"Demikian juga kita berpikir NKRI harga mati, ya mungkin suatu waktu jadi negara federal kok kenapa mesti dengan harga mati," tutur Rocky Gerung.