SuaraBali.id - Kain tenun menjadi salah satu produk andalan di desa Prianggasela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pembuatan kain ini pun dikerjakan secara khusus dan mempunyai nilai jual tinggi.
Namun bukan hanya itu, kain tenun di Lombok punya arti khusus bagi masyarakat adatnya. Karena bagi masyarakat sekitar pembuatan kain tenun disyaratkan bagi perempuan sebelum menikah.
Ketika mampu menghasilkan kain tenun diartikan perempuan yang sudah dewasa dan siap menikah.. Jika tidak, maka dianggap masih berjiwa anak-anak dan belum bisa dinikahkan.
"Kalau bisa menenun baru boleh dinikahkan,” terangnya saat ditemui disela-sela memarkan kain tenun,” ujar salah satu penenun asal Pringgasela, Suharti, Kamis (17/11/2022).
Baca Juga:Setelah Terbakar, Kapal Nahas Mutiara Timur 1 Akhirnya Tenggelam di Selat Lombok
Ia melanjutkan, dalam menenun banyak nilai-nilai kehidupan yang didapatkan seorang perempuan sebelum menjadi ibu dalam keluarga.
Diantaranya keuletan, kesabaran, tidak pantang menyerah, istiqomah, dan masih banyak nilai-nilai kehidupan lainnya. Sebab dalam menenun tidak boleh cepat bosan.
Untuk menghasilkan satu tenun yang menawan, memakan waktu satu bulan.
"Banyak nilai kehidupan rumah tangga terkandung dalam menenun itu,” akunya.
Ia juga mengeluhkan budaya menenun untuk para gadis desa sudah mulai pudar. Hal ini dikarenakan arus modernisasi dan kemajuan teknologi.
Baca Juga:Angin Puting Beliung di Lombok Tengah Terbangkan Benda-benda di Atap Rumah
"Kami berharap supaya genarasi penerus untuk mau belajar menenun", harapnya.
Berkat tenun mampu menyekolahkan 7 anak hingga keliling Indonesia.
Hartini mengaku tenun bukan hanya bernilai budaya. Namun mampu menghasikan rupiah dan namanya dapat dikenal dalam kalangan masyarakat luas.
Melalui tenun juga, Hartini bisa jalan-jalan keluar daerah. Hal ini dilakukan sembari menjadi tutor dalam pelatihan menenun.
Kontributor: Toni Hermawan