Kecewa Tak Bisa Naik Bus Trans Metro Dewata Karena Tapping Card Gagal

Namun, permasalahan pada alat dan kartu elektronik yang menyebabkan mereka kecewa karena tak dapat menggunakan bus.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 03 November 2022 | 11:00 WIB
Kecewa Tak Bisa Naik Bus Trans Metro Dewata Karena Tapping Card Gagal
Bus Trans Metro Dewata. [Foto : Istimewa/beritabali.com]

SuaraBali.id - Semenjak Bus Trans Metro Dewata sejak dikenakan tarif bagi penumpang mulai 31 Oktober 2022, jumlah penumpang yang menumpang ke bus merah tersebut jadi menurun.

Selain itu juga karena masalah kesulitan dalam melakukan transaksi pembayaran.

Pengemudi Bus Trans Metro Dewata Koridor III Nyoman Suadnyana menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi selama tiga hari terakhir disebabkan karena kesulitan pengguna bus dalam melakukan pembayaran.

"Volume penumpang berkurang karena banyak kita tolak dari segi tapping card, kartunya banyak yang tidak berhasil sebab SOP kita bagi mereka yang membawa kartu yang tidak terkoneksi dengan alat itu kami tolak, tidak diizinkan untuk naik," kata dia.

Baca Juga:Pemimpin 17 Negara Disebut Sudah Mengonfirmasi Kehadiran di KTT G20 Bali

Sebenarnya banyak masyarakat telah mengetahui soal tarif untuk Bus Trans Metro Dewata. Namun, permasalahan pada alat dan kartu elektronik yang menyebabkan mereka kecewa karena tak dapat menggunakan bus.

"Mudah-mudahan ini merupakan suatu pembelajaran, karena dari tim kami juga sedang kembali lagi memperbaiki sistemnya. Wajar lah karena ini kita baru mengawali, pada intinya kami berharap kepada masyarakat yang menggunakan jasa Trans Metro Dewata mari bersabar dulu," ujar Suadnyana.

Hal serupa juga disampaikan Nengah Putrawan, salah satu pengguna kendaraan umum yang beroperasi sejak 2020 lalu itu.

Dirinya gagal menggunakan kartu elektronik sehingga harus menggunakan aplikasi lain untuk proses pembayaran melalui pemindaian.

"Bayarnya pakai aplikasi, sudah sering pakai tapi kartunya belum bisa jalan, jadi scan pake aplikasi Gopay QRIS," kata Nengah yang mewajarkan nominal pembayaran karena angkanya dinilai tak tinggi.

Baca Juga:Penjelasan Dalam Agama Hindu Soal Anak di Bawah 5 Tahun Tidak Perlu Diaben

Sementara Siswanto, seorang pedagang yang rutin menggunakan Bus Trans Metro menyampaikan harapannya agar bus tersebut memperluas rute dan halte.

"Tidak masalah (berbayar), tapi sayangnya kalau sama-sama bayar sebenarnya enak angkot. Angkot Rp5.000 turunnya kan di sembarang tempat, kalau ini kan harus di halte," kata dia.

Masyarakat Kaget

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta mengatakan penurunan ini wajar karena kekagetan masyarakat.

"Masyarakat kaget, karena berdasarkan perhitungan jumlah orang yang naik Bus Trans Metro Dewata menurun pada hari pertama diberlakukan aturan berbayar, penumpang turun hingga 75 persen," ujarnya, Rabu (3/11/2022).

Padahal sebelum dikenakan tarif, keterisian bus tersebut mencapai 43 persen dan ditargetkan meningkat hingga 70 persen setelah adanya kenaikan BBM.

Akan tetapi kini malah menurun sejak penumpang mulai dikenakan tarif.

Saat ini penumpang bus yang melayani rute Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar itu dikenakan tarif Rp4.400, dengan sistem pembayaran nontunai menggunakan kartu elektronik dari Bank BRI dan pemindai QRIS.

"Harganya Rp4.400 dan harus pakai tap (kartu elektronik), yang bisa dipakai sekarang baru BRI jadi yang belum punya sementara harus mencari, atau pelajar mahasiswa harus menggunakan QRIS khusus dengan registrasi," ujarnya.

Meskipun demikian, jumlah penumpang bus Trans Metro Dewata diyakini pasti akan naik. Namun pembayaran nontunai akan tetap diberlakukan dengan tegas.

"Sekarang tidak bisa meminjam kartu dengan supir busnya. Jadi tidak dikasih naik, harus turun. Ini bayar karena tidak mungkin gratis terus, kasihan yang biayai kita, harus berbayar kalau mau berkelanjutan," ujarnya. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini