Arti Dan Unsur-unsur Banten Pejati yang Dihaturkan Umat Hindu Bali

Banten pejati dihaturkan ketika akan melaksanakan suatu upacara dengan tujuan agar mendapatkan keselamatan.

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 07 Oktober 2022 | 13:00 WIB
Arti Dan Unsur-unsur Banten Pejati yang Dihaturkan Umat Hindu Bali
Banten Pejati Asoroh [http://repo.isi-dps.ac.id]

SuaraBali.id - Di pulau Bali, salah satu jenis upakara yang dihaturkan dalam sarana peribadatan disebut juga sebagai banten. Banten disebut juga sebagai wali.

Banten diperkenalkan oleh seorang Resi atau Rsi Maharsi Markandeya di sekitar abad ke-8 kepada penduduk di sekitar pertapaannya yaitu Desa Puakan-Taro yang kini dikenal dengan Tegallalang Gianyar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sajen merupakan makanan (bunga-bunga dan sebagainya) yang disajikan kepada orang atau makhluk halus dan sebagainya, selain istilah di atas sesajen di masyarakat Bali dikenal dengan istilah Banten yang digunakan sebagai persembahan dalam upacara agama Hindu.

Salah satu banten yang banyak digunakan adalah banten pejati. Banten Pejati adalah sekelompok banten yang dipakai sarana untuk menyatakan rasa kesungguhan hati kehadapan Hyang Widhi dan manifestasiNya.

Baca Juga:Ni Luh Djelantik Mengaku Ditelepon Beberapa Parpol Setelah Keluar dari Nasdem

Banten pejati dihaturkan ketika akan melaksanakan suatu upacara dengan tujuan agar mendapatkan keselamatan. Banten pejati merupakan banten pokok yang senantiasa dipergunakan dalam Pañca Yajña.

Banten Pejati setiap daerah di Bali memiliki bentuk dan cara penyajian yang berbeda-beda, selain itu penyajian Banten Pejati juga sesuai dengan tingkatan upacara yadnya.

Banten pejati dihaturkan kepada Sanghyang Catur Loka Phala, yaitu:

1. Peras kepada Sanghyang Iswara

2. Daksina kepada Sanghyang Brahma

Baca Juga:Tim Temukan Pelampung Biru di Tempat WNA Amerika yang Hilang Saat Rafting di Ubud

3. Ketupat kelanan kepada Sanghyang Wisnu

4. Ajuman kepada Sanghyang Mahadewa

Adapun unsur-unsur banten pejati antara lain:

1. Daksina dipergunakan sebagai mana persembahan atau tanda terimakasih, selalu menyertai banten-banten yang agak besar dan sebagainya perwujudan atau pertapakan.

2. Banten peras dimaksud untuk mengesahkan anak/cucu, dan bila suatu kumpulan sesajen tidak dilengkapi dengan peras akan dikatakan penyelenggaraan upacaranya dikatakan tidak sah,  oleh karena itu banten peras selalu menyertai sesajen-sesajen yang lain terutama yang mempunyai tujuan tertentu. 

3. Penyeneng/ tehenan/ pabuat dibuat untul tujuan untuk membangun hidup yang seimbang sejak dari baru lahir hingga maninggal.

4. Ketupat kelanan merupakan lambang dari sad ripu yang telah dapag dikendalikan atau teruntai oleh rohani sehingga kebijakam senantiasa meliputi kehidupan manusia.

5. Soda/ajuman digunakan sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina yang ditujukan kepada para leluhur.

6. Pasucian dipergunakan sebagai alat untuk menyucikan Ida Bhatara dalam suatu upacara keagamaan.

7. Segehan digunakan untuk menetralisir dan menghilangkan pengaruh negatif. (disbud.bulelengkab.go.id)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini