SuaraBali.id - Di tengah melonjaknya harga kedelai, tentu berimbas dengan produksi tahu dan tempe. Seperti yang terjadi di pasar Kuta, Bali, Bali.
Seorang pedagang sembako, Jero Made Sutini, mengaku ukuran dari tempe dan tahu diperkecil sehingga harga jual tahu dan tempe tidak menggalami kenaikan di tengah melonjaknya harga kedelai.
"Karena harga kedelai naik, ukuran tempe dan tahu diperkecil agar harga tetap di tingkat penjual," jelasnya kepada beritabali.com – jaringan suara.com.
Naiknya harga kedelai ini, disebutnya naik dari pengiriman Jawa ke Bali, tetapi harga tahu dan tempe masih di harga Rp2.000 per bungkus.
Baca Juga:Surat Wasiat Bule Kanada yang Tenggelamkan Diri di Seminyak Karena Parkinson
"Harganya masih sama, hanya ukurannya saja yang sedikit lebih kecil," katanya.
Meski kenaikan harga BBM berpengaruh ke segala sektor, namun sejauh ini untuk daya beli konsumen, kata dia, masih banyak yang membeli tempe dan tahu.
Hal senada diungkapkan pedagang tempe dan tahu di pasar Kuta II, Kuta, Badung, Sanusi. Ia menyampaikan, walaupun harga kedelai naik, harga tahu dan tempe masih tetap.
"Harga masih tetap ada yang Rp5.000 per 4 bungkus, ada Rp5.000 dapat 3 bungkus, dan ada yang Rp5.000 mendapat 2 bungkus," sebutnya.
Ia mengaku banyak pembeli yang komplain karena ukurannya lebih kecil. Selain itu, dari sisi keuntungan, saat ini terjadi penurunan dari sebelumnya 100 persen, sekarang
Baca Juga:Bali Longgarkan Kebijakan PMK, Pasar Hewan Kini Boleh Dibuka Kembali