Situasi di Taiwan Dan China Bisa Berubah Cepat, Nasib WNI Terancam

Ketua DPR RI Komisi I Meutya Hafid mengungkapkan, terdapat 300 ribu warga Indonesia di Taiwan.

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 06 Agustus 2022 | 15:47 WIB
Situasi di Taiwan Dan China Bisa Berubah Cepat, Nasib WNI Terancam
WNI berswafoto di halaman Masjid Agung Taipei, Taiwan, seusai Salat Jumat, 7 Juni 2019. [ANTARA/M. Irfan Ilmie]

SuaraBali.id - Kementerian Luar Negeri serta Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia diminta mewaspadai situasi di Taiwan di tengah memanasnya hubungan dengan China.

Seperti diketahui konflik Taiwan dengan Republik Rakyat China tengah memanas, setelah Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi mengunjungi negara pulau yang disengketakan itu pada 2 Agustus 2022.

Ketua DPR RI Komisi I Meutya Hafid mengungkapkan, terdapat 300 ribu warga Indonesia di Taiwan.

Menurutnya Kemenlu maupun KDEI di Taiwan wajib memperhatikan keselamatan ratusan ribu WNI. Karena hal itu merupakan konsentrasi utama.

"Situasi di Taiwan bisa berubah sangat cepat. Tergantung respons Taiwan dan AS serta situasi dalam negeri RRC. Kepentingan nasional kita adalah keamanan dan keselamatan WNI," jelas Meutya, Sabtu (6/8/2022).

Kemenlu dipandang perlu sejak dini menyiapkan pola komunikasi yang paling efektif dengan semua WNI di Taiwan. 

"Penting bagi Kemenlu untuk menyiapkan komunikasi yang efektif agar dengan satu langkah, perwakilan RI di Taiwan bisa mengumpulkan semua WNI dalam persiapan evakuasi," tuturnya.

Demikian pula tentang pentingnya persiapan evakuasi. Menurutnya, itu bukanlah hal yang mudah dilakukan.

Kemenlu juga dimintanya sejak dini bekerja sama dengan maskapai penerbangan maupun TNI agar evakuasi nantinya berjalan aman dan lancar.

"Angka 300 ribu itu jumlah yang banyak. Karena itu semua persiapan perlu dilakukan secara cermat agar tidak terjadi kepanikan pada waktu evakuasi."

Kapal selam nuklir

Kabar terakhir, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) mengerahkan satu gugus tempur lengkap kapal induk yang melibatkan kapal selam bertenaga nuklir dalam latihan di perairan sekitar Pulau Taiwan.

"Normalnya, satu unit kapal selam nuklir selalu mendampingi satu gugus kapal induk dalam menjalankan misinya," kata peneliti senior pada Naval Research Academy PLA, Zhang Junshe, Kamis.

Ia tidak menyebutkan nama kapal induk yang pertama kalinya diikutsertakan dalam misi latihan pencegahan kapal induk musuh tersebut.

Namun beberapa media China mengunggah foto Shandong, kapal induk kedua China, yang menjalankan misi pertamanya di bawah koordinasi Komando Armada Timur PLA tersebut pada Kamis hingga Minggu (7/8/2022).

Beberapa armada lain juga turut bergabung dalam misi tersebut.

"Ini menunjukkan interoperabilitas yang tinggi di antara berbagai komando di PLA," kata Zhang dikutip media setempat.

Seiring dengan memanasnya situasi di Selat Taiwan terkait dengan kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi, PLA mengoperasikan dua kapal induk, Liaoning dan Shandong.

China masih memiliki satu unit kapal induk terbaru, Fujian, yang diluncurkan di Shanghai pada pertengahan Juni 2022.

Kementerian Pertahanan Nasional China saat ini mengoperasikan enam kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, enam kapal selam serang bertenaga nuklir, dan 46 kapal selam serang bermesin diesel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini