Karnaval Tenun di Lombok Timur, Warga Manfaatkan Jalanan Desa Sebagai Catwalk

Peserta harus berjalan di red karpet yang ada di jalanan pedesaan yang disiapkan dengan red karpet untuk menampilkan busana terbaiknya.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 01 Agustus 2022 | 07:07 WIB
Karnaval Tenun di Lombok Timur, Warga Manfaatkan Jalanan Desa Sebagai Catwalk
Peserta karnaval tenun saat memamerkan kostum tenun yang dimiliki di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, Minggu (31/7/2022). [Suara.com/Toni Hermawan]

SuaraBali.id - Masyarakat desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur (Lotim) mengadakan acara Karnaval Tenun dan memanfaatkan jalanan desa sebagai cat walk untuk memarken kostum terbaiknya.

Fashion Show di jalanan kini makin popular semenjak adanya Citayam Fashion Week di Jakarta. Bila di Jakarta memamerkan busana modern, fashion show yang digelar di Lombok ini menggunakan pakaian yang berbahan kain tenun.

Ketua Panitia Alunan Budaya VI Desa Pringgasela, Bayu Darma Andika mengatakan tema kali ini mengangangkat karnaval tenun.

Peserta harus berjalan di red karpet yang ada di jalanan pedesaan yang disiapkan dengan red karpet untuk menampilkan busana terbaiknya yang berbahan kain tenun.

Cara ini dihajatkan, sebagai solusi supaya budaya menenun di Pringgasela, Lombok tidak hilang meskipun orang tua terdahulu yang pandai menenun banyak yang sudah meninggal dunia.

"Melalui budaya ini adanya generasi muda yang mau belajar menenun sebagai cara untuk mempertahankan kearifan lokal,”kata Bayu saat disela-sela karnaval tenun, Minggu (31/7/2022).

Bayu khawatir budaya tenun semakin hari semakin terkikis. Untuk itu pemuda berinisiatif untuk mempertahankan budaya menenun.

Salah satunya dengan memperkenalkan kain tenun ke masyarakat terutama genarasi muda.

"Kami khawatir budaya menenun terkikis,” keluhnya. 

Menurut Bayu, Karnaval Tenun ini, talent merancang busana dan harus berbahan tenun 30 persen.

Alhasil, para peserta yang berasal dari berbagai daerah di pulau Lombok tertarik untuk mengikuti karnaval tenun yang menjadi agenda tahunan ini.

"Busana yang dipergunakan harus berbahan kain tenun 30 persen,” katanya. 

Wakil Bupati Lotim H Rumaksi usai menyaksikan karnaval tenun berharap event alunan budaya  ini menjadi kalender wisata.

Dengan demikian peserta akan lebih banyak dan tentunya para UMKM bisa menjajakan produk andalannya.

"Kami inginkan alunan budaya ini mempunyai dampak yang luas", harapnya.

Rumaksi menginginkan  gaung karnaval tenun tekenal hingga ke luar pulau Lombok bahkan ke mancanegara.

Salah satunya para penenun dapat membuka stand dan menampilkan kepada pengunjung tata cara menenun dan hasil tenun yang mempesona.  

"Kita punya banyak potensi yang dapat mengundang wisatawan  lokal ataupun mancanegara", katanya.

Kedepan, Rumaksi mengingkan alunan budaya dapat digelar tiap tahun. Untuk itu pihaknnya berjanji akan menganggarkan agenda alunan budaya di desa Pringgasela.

"Supaya potensi yang ada betul-betul kita galakkan. Kemarin pembukaan saya liat banyak turis yang liat,” pungkasnya. 

Kontributor : Toni Hermawan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak